Page 167 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 167
ditambahkan untuk membayar Rumah Sakit.
Ketiting Daud membelah air laut dengan cepat. Tenaganya
seakan bertambah berlipat saat memikirkan kebutuhan uang yang
cukup banyak. Dengan semangat dan cekatan Daud memancing ikan.
Lumayan banyak ikan yang dibawa pulang. Ia berkali-kali mengucap
syukur saat perahunya sarat dengan ikan. Tuhan telah mendengar do’a
hambanya yang mengalami kesulitan. Semua rasanya dipermudah. Jerih
payahnya semalaman menghasilkan banyak rejeki.
Saat fajar menyingsing, ketiting Daud mendarat di tepian laut
dengan tenang. Ikan memenuhi seluruh ketitingnya membuatnya
bahagia. Dengan perlahan Daud menarik ketitingnya ke tepian. Kali
ini tidak ada Yossi atau Sutriani yang menjemputnya. Meskipun berat
karena ketitingnya sarat dengan ikan, tetapi hatinya gembira. Wajahnya
cerah secerah pagi hari.
“Wah, banyak banget ikannya, Om,” sapa Johan tampak
terperanggap melihat banyaknya ikan yang didapatkan tetangganya.
Meskipun Johan sejak malam turun sudah beranjak ke laut tetapi
hasilnya tidak sebanyak Daud.
Daud melempar senyum bahagia. Tidak ada keletihan yang
terpancar dari wajahnya.
“Alhamdulillah, Jo. Tuhan memberikan rejeki yang berlimpah
hari ini,” sahut Daud senang.
“Wow, luar biasa. Benar-benar hebat kau, Daud,” teriak Marcel
sambil mengacungkan jempol. Ia berkata sungguh-sungguh. Tidak ada
rasa iri dihatinya. Dalam keseharian nelayan, mereka tidak ada rasa
saling marah, iri atau marah ketika nelayan lain mendapatkan ikan yang
melebihi pendapatan mereka. Bagi nelayan, rejeki sudah diatur Yang
Maha Kuasa, tinggal mereka berusaha untuk mencari rejeki tersebut.
“Iya. Ini rejeki yang luar biasa,” jawab Daud memamerkan
senyumnya.
Tangannya terus menarik ketiting sampai di tepi. Dengan cekatan
Daud mengikat ketitingnya di tambatan perahu. Setelah memastikan
ketitingnya aman, ia mengumpulkan semua ikan dalam kantong plastik.
Kemudian Daud mulai menghamparkan seluruh ikannya di plastik
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 167