Page 168 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 168
panjang. Sambil mengisap rokok, Daud mulai memilah ikan-ikannya.
“Wah, banyak sekali ikannya, Om,” kata Meiki, senang melihat ikan yang
dikumpulkan Daud. Ia melirik ikan hasil tangkapan suaminya. Hanya
separo dari ikannya Daud.
“Iya, Mei. Rejeki kami lagi bagus,” seru Daud tak lepas dari ikan-
ikannya.
“Syukurlah, Om. Rejeki Kak Sutriani.”
“Betul kau, Mei. Kami membutuhkan banyak uang untuk biaya
rumah sakit Sutriani. Syukurlah, hari ini bisa mendapatkan banyak ikan,”
jawab Daud tanpa bermaksud menyombongkan diri.
“Betul, Om. Mudah-mudahan bisa membantu biaya pengobatan
Kak Sut, ya,” kata Meiki lagi. Suaranya terdengar prihatin dengan kondisi
Sutriani.
Daud mengangguk. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
**
Empatratus lima puluh ribu berhasil dikantongi Daud dari
penjualan ikan-ikannya. Anggi tertawa senang melihat ikan-ikan Daud
yang besar-besar.
“Besok lagi ikannya seperti ini, Om. Aku senang sekali. Bagus
hasilnya.
seru Anggi sambil memberikan uang.
“Hehe. Pasti maunya seperti ini tiap hari. Tapi ya, kita hanya
usaha saja. Mudah-mudahan setiap hari hasilnya selalu baik,” kata Daud
senang.
“Iya, Om. Aku juga ikut senang kalau ikannya bagus,” sahut Anggi
lagi.
Daud membantu Anggi memindahkan ikannya ke dalam drum
penampungan ikan.
“Tak usahlah, Om Daud. Nanti biar anak-anak yang naruh,“ seru
Anggi melarang Daud membantunya.
Daud tersenyum dan membenahi plastik alas ikannya. Setelah di
lipat kemudian di bawa pulang.
“Makasih, Gi. Aku pulang dulu. “
168 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com