Page 148 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 148
putih hangat juga tidak mampu mengurangi rasa gatal. Sutriani maklum
karena dia terlalu banyak makan kacang dan gorengan tanpa ingat kalau
seharusnya mengurangi dua makanan tersebut.
“Batuknya semakin sering, ya, Ma,” Sutriani tidak mendengar
langkah kaki Daud. Ia duduk di pinggir tempat tidur. Sutriani bangun
dan berbaring setengah duduk di pinggir ranjang. Mukanya mulai pucat
dengan nafas terengah-engah.
“Hahaha. Tadi lupa. Makan kacang dan gorengan terlalu banyak,”
kata Sutriani sambil mentertawakan dirinya sendiri.
“Mama terlalu senang ya? Sampai lupa mengurangi makananan
itu,” sesal Daud.
“Ngak apa-apa. Sesekali bersenang-senang saat malam tahun
baru,” hibur Sutriani sambil tergelak. Ia tidak tega melihat suaminya
kelihatan menyesal telah membiarkan dirinya makan berlebihan. Tidak
ada yang perlu dikuatirkan Pa, batin Sutriani. “Paling nanti juga akan
mereda seperti biasanya. Dah Papa tidur saja. Jangan terlalu capek,”
kata Sutriani setengah memberikan perintah.
Daud berlalu setelah Sutriani kembali berbaring dan bersiap
tidur. Kantuk belum datang menyapanya. Matanya masih lebar dan
terang. Tak ada keinginan untuk segera tidur. Daud terbiasa berada di
tengah lautan. Susah baginya pada saat jam seperti ini berangkat tidur.
Daud berbaring di samping Yossi di depan TV. Tangannya meraih ponsel
membuka beberapa SMS dari teman-teman yang sebagian besar berasal
dari luar kota. Ada ucapan hari raya natal yang belum sempat dibalas.
Tangan Daud mulai menari-nari diatas tuts ponsel memencet huruf-
huruf membalas SMS teman-teman.***
148 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com