Page 107 - RBDCNeat
P. 107
sudah menjelang ujian meski tidak punya uang, Uwa juga
berusaha agar aku tetap bisa masuk sekolah meski hanya
untuk mengikuti ujian.
Melihat kedatanganku yang baru masuk sekolah ketika
mau ujian, aku langsung dimarahi oleh wali kelas. Aku
menjelaskan kepada guru-guru lain bahwa aku tidak masuk
sekolah karena tidak ada ongkos. Guru-guru lain bisa mengerti
dengan keadaanku saat itu. Namun, wali kelasku tidak mau
mengerti dan tetap memarahiku.
Rasanya sedih sekali hati ini. Baru masuk kembali ke
sekolah malah mendapat kemarahan dari guru. Padahal
bukan kemauanku untuk tidak bersekolah. Aku juga ingin
seperti orang lain yang bisa masuk sekolah dengan rajin, tapi
kondisi ekonomi kami memang sedang sulit.
Aku pulang dengan berderai air mata. Aku ceritakan
semua kejadian di sekolah kepada Uwa. Uwa pun langsung
marah begitu mendengar aku dimarahi sama guru. Uwa
sampai bilang, “Guru teh meuni teu ngarti. Ieu mah lain
kasalahan budak, tapi kolot na anu salah mah. Da budak mah
39
teu nyaho nanaon.”
Sebenarnya aku paham kenapa wali kelasku marah besar
dengan seringnya aku bolos sekolah. Beliau khawatir aku
tertinggal pelajaran sehingga tidak bisa mengikuti ujian
dengan baik. Maklum, hanya aku satu-satunya murid SD-LB
yang bisa mengikuti pelajaran umum dan soal ujian yang
diberikan pun sama dengan soal yang diberikan kepada
39
Masak Guru nggak bisa ngerti. Ini bukan kesalahan anak, tapi yang salah orang
tuanya. Anak kan tidak tahu apa-apa.
Roda Berputar dalam Cahaya | 71