Page 126 - RBDCNeat
P. 126
tiba ada teman yang bilang “Dini, barusan ada telepon dari
Mama. Katanya ‘besok mau ke sini untuk menengok Dini’.”
Senang sekali hati ini mendengar kabar itu. Teman-temanku
juga ikut senang karena bisa tahu seperti apa sosok Mama
Dini. Keesokkan harinya, aku terus menunggu kedatangan
Mama. Teman-temanku pun sering bertanya apa Mamaku
sudah datang atau belum. Ternyata sampai malam Mama
tidak kunjung datang. Aku jadi malu pada teman-teman yang
melihatku terus menunggu kedatangan Mama, tapi ternyata
yang ditunggu tidak kunjung datang.
Teman-teman jadi jatuh kasihan kepadaku sampai ada
yang berkata, “Seharusnya Mama Dini jangan dulu telepon
dan bilang mau ke sini. Kalau mau datang, datang saja. Jangan
seperti ini, sudah membuat Dini menunggu tapi ternyata tidak
jadi datang. Kasian Dini.” Aku hanya bisa diam. Dalam hati
membenarkan perkataannya. Padahal waktu itu, Mama
sudah mau menengokku, tapi pihak pesantren meminta
agar aku jangan ditengok dulu hingga Mama urung datang
ke pesantren.
Ada satu pertanyaan yang mehinggapi benak ini
dan membuatku bingung, kenapa di sini shalat fardunya
dilaksanakan selalu di akhir waktu? Padahal aku sering
mendengar dari guru ngaji bahwa kita harus mengusahakan
untuk bisa mengerjakan shalat fardu tepat waktu. Berbeda
sekali dengan di sini.
Tanpa terasa sudah 40 aku hari tinggal di pesantren.
Peraturan di sini, santri diizinkan pulang kalau sudah tinggal
di pesantren selama 40 hari. Sehari sebelum pulang, Allah
90 | Roda Berputar dalam Cahaya