Page 168 - RBDCNeat
P. 168
Nanti kita ke Candi Cangkuang dulu. Makasih ya, Dini sudah
menyalami Ibu terus di MQFM.”' Sebuah sms masuk di HP-
ku. Ternyata dari Ibu Agus di Garut yang nanti akan kami
kunjungi.
Aku tidak langsung membalas sms itu karena aku ingin
memberi kejutan buat Ibu Agus bahwa ternyata aku ikut ke
Garut.
Bersamaan dengan itu, datang pula sms dari Teh Jaim
sebagai panitia, “Ass. Din, gimana jadi gak ikut ke rumah Ibu
Agus? Infaknya 50 rb perorang.”
Aku langsung membalas sms, “Teh, insya Allah Dini jadi
ikut. Ibu Agus balum tahu kalau Dini mau ikut. Kemarin Ibu
Agus sms ke Dini tapi Dini tidak membalasnya.”
Teh Jaim lanjut membalas sms-ku, “Kalau enggak salah,
malah Ibu Agus yang minta Dini harus ikut ke Garut.”
Aku jadi bingung, “Kenapa Ibu Agus menginginkan aku
untuk ikut ke Garut, padahal aku bukan siapa-siapa? Bukankah
kalau aku tidak ikut malah enak karena tidak ada yang
merepotkan.”
Malam Minggu. Seperti biasa, aku mengirim sms ke radio
MQFM untuk me-request nasyid sambil mengirimkan salam
untuk teman-teman yang sering menyapaku di udara. Aku pun
mengirimkan salam untuk Kang Suhud, penyiar radio MQFM,
Bu Yuyu, Bu Agus, Bu Ahmad, Teh Gini, Romi, Yesi, dan untuk
Sahabat-sahabat MQ yang besok ikut ke Garut, “Siap-siap saja
direpotkan sama Dini.” Setelah sms tersebut dibacakan, Kang
Suhud sedikit memberikan komentarnya, “Din, bukan siap-
132 | Roda Berputar dalam Cahaya