Page 174 - RBDCNeat
P. 174

Tanpa terasa, kami akhirnya kami sampai di kediaman
            Ibu Agus. Beliau menyambut kedatangan kami dengan hangat.
            Ketika Ibu Agus melihat ke arahku, beliau menghampiriku dan
            berkata, “Alhamdulillah, Dini bisa ikut juga ke rumah Ibu.” Aku
            membalas kehangatan sambutan Ibu Agus dengan senyuman.

                Ibu Agus pun mempersilahkan kami masuk ke rumahnya.
            Tidak berapa lama, minuman dan beberapa toples berisi
            cemilan pun dihidangkan di atas meja. Ibu Agus menawari
            kami untuk mencicipinya. Aku hanya bisa menggelengkan
            kepala. Beberapa teman pun ikut menyodorkan bermacam-
            macam camilan kepadaku, tapi aku hanya menggelengkan
            kepala. Aku hanya khawatir kalau aku makan akan belepotan,
            kan jadi ribet.
                Maklum, kalau aku makan sering mengeluarkan air ludah
            sehingga kurang enak dilihat. Aku takut akan mengurangi
            selera  makan  mereka  karena  jijik  melihat  air  ludahku
            keluar. Jadi, aku memilih untuk diam demi menghindari
            hal itu. Namun, mereka terus menawariku sampai ada yang
            menyimpan toplesnya di dekatku mungkin agar aku mudah
            mengambilnya. Kerena tidak enak dan dipaksa terus, akhirnya
            aku mengambil satu kue dan memakannya dengan sangat
            hati-hati.
                Setelah beristirahat sambil menikmati camilan yang Ibu
            Agus suguhkan, Ibu Agus pun bertanya kepada kami, “Mau
            berangkat ke Candi Cangkuang sekarang agar tidak terlalu
            siang?” Kami serentak menjawab, “Hayuuuu.”

                Selesai mempersipkan segala sesuatunya kami pun



            138 | Roda Berputar dalam Cahaya
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179