Page 177 - RBDCNeat
P. 177
“Kang Sigit, tolong bantu Dini menaiki rakit yang ini dulu,
nanti tinggal nyebrang ke rakit itu.” pinta Ibu Agus kepada
Kang Sigit.
Kang Sigit yang saat itu sedang asyik hunting foto
pemandangan di sana harus menghentikan aktivitasnya.
Kang Sigit langsung mendekatiku dan Teh Siti. Saat aku
akan menaiki rakit, Teh Siti memegangi tanganku dari atas
sedangkan Kang Sigit menjaga kakiku agar jangan sampai
terpeleset dan jatuh ke danau. Aku pun berpegangan sangat
erat kepada Teh Siti untuk menjagaku agar aku tetap aman.
Alhamdulillah, akhirnya aku bisa sampai di atas rakit
dengan selamat. Satu rintangan sudah aku lalui, kini tinggal
menyebrang ke rakit yang lain. Namun, saat kakiku mulai
melangkah untuk menyeberang menuju rakit yang satunya
lagi, tiba-tiba teman-teman kompak menjerit, “Awas jatuh!”
Mungkin mereka khawatir aku jatuh ke danau atau rakitnya
terguling.
“Coba Sigit nyebrang dulu ke sini, bisa enggak?" kata Kang
Fajar meminta kepada Kang Sigit.
Ketika Kang Sigit akan menyeberang, dia tampak ragu-
ragu. Mungkin takut jatuh, Kang Sigit malah tidak jadi
menyeberang. Ada yang menyarankan agar kami kembali naik
ke atas (daratan) baru kemudian menyeberang dari rakit satu
ke rakit lainnya. Kalau tadi, aku berhasil turun untuk naik rakit
tanpa dipegangi Kang Sigit sekarang aku harus ke daratan
sedangkan dari rakit ke daratan itu cukup tinggi dan tidak
ada tangga. Akhirnya Kang Sigit naik lebih dulu ke daratan
agar bisa menarikku dari atas (daratan) sedangkan Teh Siti
Roda Berputar dalam Cahaya | 141