Page 176 - RBDCNeat
P. 176

yang sedang asyik berfoto ria atau sekadar mencari-cari objek
            pemandangan yang bagus di sekitar danau.

                Untuk menuju Candi, kami harus menyeberangi danau
            menggunakan sebuah rakit. Beberapa teman dari rombongan
            kami sudah menaiki rakit lebih dulu. Kini giliranku naik rakit.
            Teh Siti yang saat itu menggandengku merasa kebingungan
            bagaimana caranya agar aku bisa menaiki rakit. Apalagi
            rakitnya menjorok ke tengah sehingga orang yang akan
            menaikinya harus lompat. Sedangakan aku dengan kondisi
            fisik seperti ini tidak mungkin bisa lompat.
                Ibu Agus memintaku menaiki rakit yang terdekat dengan
            bibir danau baru kemudian menyebrang ke rakit yang satunya
            lagi (rakit yang akan kami naiki). Aku mendekati rakit yang
            terdekat dengan bibir danau. Ketika aku mau turun ke rakit,
            aku sempat merasa takut jatuh ke danau. Apalagi yang
            membantuku hanya Teh Siti.
                Sedangkan tenaga seorang perempuan tidak sekuat
            tenaga laki-laki. Melihat keadaan seperti itu, Ibu Agus minta
            kepada Kang Sigit, salah satu kru radio MQFM membantuku
            menaiki rakit. Sebenarnya aku tidak ingin dibantu oleh laki-
            laki yang bukan muhrim. Apalagi aku juga tahu bahwa dalam
            Islam  tidak  memperbolehkan  bersentuhan  dengan  non-
            muhrim, harus menjaga hijab. Sedangkan Kang Sigit bukan
            muhrimku. Aku sempat merasa bingung, “Bagaimana ini, Ya
            Allah?” Belum sempat aku berpikir tentang jalan keluarnya,
            Ibu Agus sudah meminta Kang Sigit untuk membantuku
            menaiki rakit.




            140 | Roda Berputar dalam Cahaya
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181