Page 183 - RBDCNeat
P. 183
dari rombonganku mampir ke Kampung Pulo kecuali aku,
Ibu Yuyu, Ibu Agus, dan Teh Siti. Aku memang memilih untuk
tidak ikut ke sana.
Selain karena cara jalanku yang pelan, sepatuku yang
sering copot membuat kakiku mulai sakit sehingga kurang
nyaman untuk berjalan. Aku hanya melihat pemandangan
Kampung Pulo dari luar, tidak ikut masuk ke dalam. Setelah
puas menikmati pemandangan Kampung Pulo, kami kembali
menaiki rakit. Di atas Rakit, aku hanya diam sambil melihat
teman-teman lain yang sedang mengabadikan kenangan ini
dengan berfoto ria. Ada pemandangan aneh yang sempat
termemori di benak ini. Aku melihat seorang Ibu yang sedang
mencuci baju di atas rakit menggunakan air danau, padahal
airnya keruh. “Apa dia tidak takut bajunya malah jadi kotor?”
Sungguh luar biasa, perjalanan ini sangat menyenangkan.
Sebelum pulang ke Bandung, kami mampir lagi ke rumah Ibu
Agus. Setelah beristirahat beberapa saat, kami pamit pulang
kepada Ibu Agus. Beliau membekali kami oleh-oleh yang
banyak, “Wahhh... Ibu Agus kita rampok, nih.” ungkap salah
satu teman. Akhirnya, kami menempuh perjalanan Garut-
Bandung.
Dalam perjalanan menuju Bandung, kami mampir ke
rumah Teh Jaim di Cicalengka. Aku harus turun kembali
dari mobil. Bagiku, turun dari mobil bukanlah sesuatu yang
mudah, apalagi turun di pingir jalan. Kalau aku turun dari
mobil lewat pintu mobil sebelah kanan, khawatir terserempet
mobil lain. Kalau lewat pintu sebelah kiri, khawatir jatuh ke
bawah (ke rumah warga). Jadi serba bingung. Akhirnya aku
Roda Berputar dalam Cahaya | 147