Page 39 - E-MODUL METOPEN BERBASIS HYBRID LEARNING DENGAN TEKNIK SCAFFOLDING
P. 39
telah dimasukkan dalam proporsi yang benar. Proses ini melibatkan perbandingan antara
apa yang seharusnya dicakup dalam tes dengan apa yang sebenarnya ada dalam tes
tersebut. Peneliti, ketika memilih suatu tes untuk studi penelitian, berasumsi bahwa para
ahli telah melakukan penilaian validitas isi dan menentukan apakah tes tersebut sesuai
dengan tujuan studi.
2. Validitas wajah
Istilah face validity atau validitas wajah sering kali digunakan bersamaan dengan
validitas isi. Meskipun maknanya bisa ambigu, validitas wajah merujuk pada sejauh mana
suatu tes tampak mengukur apa yang diklaim untuk diukur. Penentuan validitas wajah
bukanlah cara formal untuk menilai validitas, tetapi dapat digunakan sebagai langkah awal
dalam pemilihan tes sebelum melakukan validasi isi.
3. Validitas prediktif
Selain validitas isi, Gay dan Airasian juga membahas tentang validitas prediktif, yaitu
kemampuan suatu instrumen untuk meramalkan keberhasilan di masa depan. Sebagai
contoh, skor ujian masuk perguruan tinggi sering digunakan untuk memprediksi
keberhasilan mahasiswa di perguruan tinggi. Validitas prediktif bervariasi tergantung pada
berbagai faktor seperti kurikulum dan lokasi geografis. Tidak ada instrumen yang memiliki
validitas prediktif yang sempurna; oleh karena itu, kombinasi dari beberapa skor tes
biasanya memberikan prediksi yang lebih akurat. Ketika kriteria telah ditentukan dan
12
didefinisikan, prosedur untuk menentukan validitas prediktif adalah sebagai berikut:
a. Laksanakan variabel prediktor pada suatu kelompok
b. Tunggu hingga perilaku yang akan diprediksikan, variabel kriteria, muncul
c. Peroleh ukuran-ukuran kriteria untuk kelompok yang sama
d. Korelasikan dua set skor
e. Evaluasi hasilnya
Hasil korelasi atau koefisien validitas, mengindikasikan validitas prediktif dari
instrumen tersebut, jika koefisien tersebut tinggi, instrumen tersebut memiliki validitas
prediktif yang baik. Sebagai contoh, anggaplah kita ingin menentukan validitas prediktif dari
tes bakat fisika. Pertama kita akan melakukan tes pada suatu kelompok besar siswa fisika
yang potensial. Kemudian kita akan menunggu hingga kelompok siswa tersebut
menyelesaikan mata pelajaran fisika dan akan memperoleh suatu ukuran keberhasilan
mereka, sebagai contoh skor ujian akhir mereka. Korelasi antara kedua set skor akan
menentukan validitas prediktif dari tes tersebut; jika koefisien korelasi yang dihasilkan
12
tinggi, tes tersebut akan memiliki validitas prediktif yang tinggi .
33 | Metopen dengan teknik Scaffolding