Page 26 - Misteri Telaga Warna
P. 26
pun duduk bersila menghadap ke luar. Tangannya menyilang
di dada. Telapak tangannya dirapatkan di dada seperti
posisi orang menyembah. Wajahnya lurus menghadap ke
depan dengan mata terpejam. Bibirnya mulai komat-kamit
memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. Dengan khusyuk,
ia terus berdoa.
Hari pertama dalam persemadiannya, Prabu Swarnalaya
tidak mengalami hal apa pun. Semua berjalan lancar. Begitu
pula hari kedua. Namun, pada hari ketiga, sang Prabu mulai
mendengar suara-suara aneh di sekitar gua. Mula-mula ia
mendengar suara seorang anak menangis sambil berteriak-
teriak. Namun, sang Prabu tidak terpengaruh dengan suara
itu.
“Jangan! Jangan!” jerit suara itu.
Sang Prabu hanya mendengarnya lamat-lamat. Ia
mencoba menajamkan telinganya. Namun, suara itu tetap
tidak terdengar dengan jelas. Bahkan, sesaat kemudian suara
itu tidak terdengar lagi.
Sang Prabu kembali berkonsentrasi. Ia memusatkan
perhatiannya kepada Sang Pencipta. Melalui doa-doa yang
diucapkannya, ia mencoba berkomunikasi dengan Sang
Pencipta. Meski tak berjawab, ia terus berdoa kepada-Nya.
Ia ingin Sang Pencipta mengabulkan keinginannya.
19