Page 42 - Si Cantik dan Mentri Hasut
P. 42

kainnya. Biduanda melihat kain busuk mengikat paha menteri itu.

            la mulai memegang dan membuka belitan kain itu sedikit demi
            sedikit. Baunya sudah mulai tercium. Ketika belitan kain terakhir
            dibuka, terlihatlah luka yang sudah bernanah dan busuk baunya.
            Ada beberapa orang tidak tahan baunya hingga muntah-muntah.
            Raja pun tidak mau melihat karena dari jauh sudah tercium baunya.
            Raja tetap saja duduk di singgasananya. Dengan marah ia berkata.

                    “Sungguh  keterlaluan  Menteri  Ajpakan!  Mempunyai
            penyakit bau busuk seperti itu tidak memberi tahu.

                    Menteri Ajpakan yang baru diperiksa tidak berani melihat
            kepada majelis. la hanya tunduk tepekur saja sambil membayangkan

            hukuman apa yang akan diterimanya. Kemudian, raja menyuruh
            orang memanggil anak Menteri Ajdewanda. Ajdewanda yang sudah
            pucat dan gemetar hanya bisa pasrah. Dia hanya menunduk saja,
            apalagi mendengar titah raja.

                    “Hai Anak Menteri Ajdewanda, apakah benar Ayahmu itu
            gila babi?”


                    “Benar, Syah Alam, Bapak hamba gila babi, tetapi tidak
            setiap hari. Bapak hamba akan sakit kalau bulan purnama tiba.”

                    Mendengar  jawaban  anak  Menteri  Ajdewanda  itu,
            raja  bertitah  kepada  Menteri  Ajdewanda,  “Mengapa  engkau
            menyembunyikan penyakit itu?

                    Engkau  melupakan  kejahatanmu  kepada  Mahsyud  Hak
            untuk  membuka  rahasia  sehingga aku murka dan menyuruh
            bunuh anakku Mahsyud Hak itu. Kalau saja ia mati terbunuh,




                                         35
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47