Page 86 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 86
tersebut. Hadits ke dua diterapkan pada kasus di mana pihak yang diuntungkan dengan
adanya kesaksian telah mengetahui adanya saksi yang menguntungkan dirinya.
Dengan demikian, saksi tidak perlu inisiaatif melakukan kesaksian sebelum
diminta oleh pemilik hak. Menurut Imam al Baidlawi mengarahkan dua dalil tersebut
berbeda. Hadits pertama diterapkan pada kasus yang melibatkan hak Allah seperti talak
dan pemerdekaan budak. Hadits ke dua pada kasus hak adami. Contoh upaya tawaqquf
hingga muncul murajjih ; sebagaiman dalam ayat istimta’. Ayat pertama surat al
mukminun: 5-6 ”dan orangorang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri merekaatau budakbbudak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela.”. Ayat inimenunjukkan halal istimta’ pada dua perempuan
budakbersaudara.
Ayat ke dua surat An Nisa’ : 23
ُ
ُ
َ
َ ْ
ُ ْ
َ
َ
َمُكُت هَّمأوَِتْخلْٱَُتاَن َ َبوَخلْٱَُتاَنَبوَمُكُتلَخوَمُكُتَّمَعوَمُكُت وَخأوَمُكُتاَنَبوَمُكُت هَّمأَمُكْيلَعَ ْ تم ّ رُح
َ ْ
َ ْ
َ ْ
َ ْ َ
َ ِ
َ ْ
ُ َ
ْ
َ
َ
َ ِ
ُ
َّ
َ
َّ
َ
ّ
َمُكِئ اَسِنَنم َ ِّ مُكروُجُحَىِفَىِتلٱَمُكُبِئَبروَمُكِئ اَسِنَُت هَّمأوَِةعَض َّ رلٱََنِّمَمُكُت وَخأوَمُكَنْعَض ْ رأَىِتلٱ
ُ
َ
َ َ ْ
َ َ
َ
ِ
ُ
َ ْ
۟
َّ
ْ
َّ
َّ
َ
َ
ْ
َ
َ
َ
َمُكبلْصأَ ْ نِمََنيِذلٱَمُكِئ اَنْبأَُلِئلَحوَمُكْيلَعََحا َ َنُجَ َ لََفََّنهبَمُتلَخَدَاوُنوُكَتَملَنإَفََّنهبَمُتلَخَدَىِتلٱ
ْ
ِ ِ
َ ْ
ِ ِ
ْ ِ
ُ
ِ
۟
َ
ُ ْ
َ
َّ
َّ
َ ٢٣ اًمي ِ ح َّرَا ً روُفَغََناَكََلِلٱََّنإََفلَسَْدَقَامَلَّإَنْيَتْخلْٱََنْيَبَاوُعمْجَتَنأو
َ
َ
ِ َ
َ
ِ ِ
Artinya: “Dan haram mengumpulkan di antara dua perempuan bersaudara
kecuali yang telah terjadi masa lampau”.
Ayat ini menunjukkan keharaman mengumpulkan dua perempuan budak
bersaudara sebagai obyek istimta’. Karena tidak bisa dikompromikan maka ditunggu
adanya hal yang mengunggulkan. Sebagian ulama mengunggulkan yang mengharamkan
berdasarkan argumen prinsip kehati-hatian (al-ihtiyath) dalam masalah yang
berkumpulnya perkara halal dan haram. Hal ini sesuai hadits “ tidaklah berkumpul yang
halal dan yang haram, melainkan yang haram lebih dominan dari pada yang halal”.
E. Cara penyelesaiaan Ta’arrudl Al-‘Adillah
Dalam upaya penyelesaian perbenturan antara dua dalil hukum, para ulama ushul
fiqh bertolak pada suatu prinsip yang dirumuskan dalam kaidah:
َ َامهدحأَءاغلإَنمَىلوأَنيتضراعتملاََنيليلادلابَلمعلا
Artinya: Mengamalkan dua dalil yang berbenturan lebih baik
daripadamenyingkirkan satu di antaranya.
USHUL FIKIH - KELAS XII 77