Page 88 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 88
takhsis, maka kedua dalil tersebuttidak dapat diamalkan secara praktis. Dengan
demikian, hanya satuayat yang dapat diamalkan sedangkan yang satu lagi tidak
dapatdiamalkan. Usaha penyelesaian dalam bentuk ini dapat ditempuhdengan cara
sebagai berikut:
a. Apabila dapat diketahui secara pasti bahwa satu di antara dua dalil yang diduga
ber benturan itu lebih dahulu turun atau berlakunya, sedangkan yang satu lagi
bela kangan turunnya atau berlakunya, maka yang datang belakangan itu
dinyatakan berlaku untuk seterusnya dan yang datang lebih dahulu tidak berlaku
lagi dengan sendirinya. Usaha penyelesaian seperti ini disebut nasakh (خسنلا).
b. Apabila di antara dua dalil yang dipandang berbenturan itu tidak diketahui
mana yang dahulu dan mana yang belakangan turun atau berlakunya—sehingga
tidak dapat diselesaikan dengan cara nasakh—namunditemukan petunjuk yang
menyatakan bahwa salah satu di antaranya lebih kuat dari yang lain, maka
diamalkanlah dalil yang disertai petunjuk yang menguatkan itu dan dalil yang
lainnya ditinggalkan. Usaha penyelesaian dalam bentuk ini disebut
tarjih(حيجرت).
c. Apabila dua dalil yang berbenturan itu tidak dapat ditempuh usaha penyelesaian
secara nasakh dan tarjih, namun kedua dalil itu memungkinkan diamalkan,
maka ditempuh penyelesaian secara takhyir (رييخت),yaitu memilih salah satu di
antara dua dalil itu untuk diamalkan dan yang satu lagi tidak diamalkan; dengan
tetap menghormati kebenaran dalil yang tidak diamalkan tersebut.
3. Meninggalkan Dua Dalil yang Berbenturan
Bila penyelesaian dua dalil yang dipandang berbenturan dengan cara perta
ma (kompromi atau taufik) dan dengan cara kedua (nasakh dan tarjih) tidak dapat
dilakukan, maka ditempuh cara ketiga, yaitu kedua dalil tersebut ditinggal kan. Cara
meninggalkan dua dalil yang berbenturan itu ada dua bentuk, yaitu:
a. Ditangguhkan pengamalan kedua dalil itu sambil menunggu kemungkinan
adanya petunjuk lain untuk mengamalkan salah satu di antara keduanya. Cara
ّ
ini dalam istilah hukum disebut “tawaquf”(فقوت).
b. Ditinggalkan kedua dalil itu sekaligus dan dicari dalil ketiga untuk diamal kan.
Cara penyelesaian seperti ini dalam istilah hukum disebut “tasaquth” (طقاست)
yang secara etimologis artinya: saling berguguran.
USHUL FIKIH - KELAS XII 79