Page 87 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 87

Ada  tiga  tahap  penyelesaian  yang  tergambar  dalam  kaidah  itu:1).  Sedapat

                   mungkin  kedua  dalil  itu  dapat  digunakan  sekaligus,  sehingga  tidak  ada  dalil  yang
                   disingkirkan;  2).  Setelah  dengan  cara  apa  pun  kedua  dalil  itu  tidak  dapat  digunakan

                   sekaligus, maka diusahakan setidaknya satu di antaranya diamalkan;sedangkan yang satu
                   lagi  ditinggal;  3).  Sebagai  langkah  terakhir,  tidak  dapat  dihindarkan  kedua  dalilitu

                   ditinggalkan, dalam arti tidak diamalkan keduanya.
                   1.  Mengamalkan Dua Dalil yang Berbenturan

                              Apabila  terdapat  dua  dalil  yang  berbenturan  itu keduanya  dapat  digunakan

                       sekaligus dengan usaha penyelesaian sebagai berikut:
                              Pertama,  mempertemukan  dan  mendekatkan  pengertian  dua  dalil  yang

                       diperkirakan berbenturan atau menjelaskan kedudukan hukum yang ditunjuk oleh ke

                       dua dalil itu, sehingga tidak terlihat lagi adanya perbenturan. Usaha dalam bentuk ini
                       disebut taufiq (قيفوتلا) atau kompromi. Umpamanya ayat 240 dan ayat 243 surat al-


                       Baqarah (2)tersebut di atas. Memang kedua ayat itu secara lahir berbenturan karena
                       ayat 243 menetapkan  idah  bagi  istri  yang kematian suami  adalah 4 bulan 10 hari;

                       sedangkan ayat 240 menetapkan ‘idahnya satu tahun.
                              Usaha  kompromi  dalam  kasus  ini  adalah  dengan  menjelaskan  bahwa  yang

                       dimaksud  “bersenang-senang  selama  satu  tahun”  (dalam  ayat  240)  ada  lah  untuk
                       tinggal di rumah suaminya selama satu tahun kalau ia tidak kawin lagi; sedangkan

                       waktu tunggu selama 4 bulan 10 hari (dalam ayat 243) mak sudnya sebagai larangan

                       untuk kawin dalam masa itu. Dengan usaha mendekatkan pengertian kedua dalil itu,
                       maka dua dalil yang kelihatannya bertentangan menjadi tidak bertentangan, sehingga

                       masing-masing dapat digunakan pada tempatnya.
                              Kedua, dua dalil yang secara lahir berbenturan dan tidak mungkin dilakukan

                       usaha kompromi seperti di atas, namun satu di antara dua dalil itu bersifat “umum”

                       dan  yang  satu  lagi  “khusus”.  Dalam  hal  ini  ditempuh  usaha  takhsis  (صيصخت),

                       sehingga  dalil  khusus  diamalkan  untuk  mengatur  hal  yang  khusus  menurut

                       kekhususannya  sedangkan  yang  umum  diamalkan  menurut  keumumannya  sesudah
                       dikurangi dengan ketentuan yang diatur secara khusus. Dengan demikian, tidak ada

                       di antara dua dalil itu yang ditinggalkan.
                   2.  Mengamalkan Satu di Antara Dua Dalil yang Berbenturan

                              Bila dua dalil  yang berbenturan tidak dapat  dikompromikan atau hubungan

                       kedua dalil itu bukan dalam bentuk umum dan khususyang dapat diselesaikan secara


                                                                           USHUL FIKIH  -  KELAS XII 78
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92