Page 44 - Echos2
P. 44

ketika  kebaikan-Nya  memberi  saya  terang  dan  pengertian  tentang

               kecemasan dan kesulitan besar yang saat itu saya alami."
                                                                                       65
               Selama  beberapa  bulan,  ia  merasakan  adanya  jarak  dalam
               hubungannya  dengan  Vinsensius,  yang  terlalu  sibuk  dengan

               pekerjaannya. Louisa bertanya-tanya tentang masa depan Perusahaan
               yang  menjadi  tanggung  jawabnya.    Tidak  adanya  luka-luka  akibat

               runtuhnya lantai gua tampak seperti sebuah wahyu baginya, "... sebuah

               anugerah dari Tuhan, yang diizinkan untuk sebuah tujuan yang tidak
               kita ketahui dan bahwa Tuhan, melalui hal itu, meminta sesuatu dari kita
               masing-masing.  Saya berdoa agar Dia mengungkapkan kehendak-Nya

               kepada Bapa yang Maha Mulia."
                                                         66
               Peristiwa  itu  memperkuat  keyakinan  dia  dan  Vinsensius  bahwa


               pekerjaan  yang  telah  mereka  mulai  adalah  kehendak  Tuhan.   Setiap
               tahun,  pada  hari peringatan  peristiwa  itu,  ia  mengingat  kembali  arti

               penting peristiwa itu baginya.  Pada hari raya Pentakosta tahun 1645, ia
               menulis  surat  kepada  Vinsensius:  "Hari  ini  adalah  hari  peringatan

               runtuhnya  langit-langit  kita  dan  besok  adalah  hari  peringatan

               pewahyuan kehendak Allah yang baik kepada saya."
                                                                                 67
               Perlunya sebuah hati yang murni untuk menerima Roh Kudus

               Sekitar  tahun  1655,  Louisa  menulis  sebuah  dokumen  berjudul

               "Kemurnian Kasih yang Diperlukan untuk Menerima Roh Kudus."  Dia
               menyadari perlunya melepaskan diri untuk memberi ruang bagi Roh

               Kudus.

               "Untuk berada dalam keadaan menerima, jiwa harus meniru ketaatan

               para  Rasul  dengan  secara  bebas  mengakui  ketidakberdayaannya  dan
               dengan melepaskan diri sepenuhnya dari semua makhluk dan bahkan
               dari Allah sendiri, sejauh yang dapat ditangkap oleh indera, karena Putra

               Allah, yang mempersiapkan para Rasul-Nya untuk menerima Roh Kudus,

               melakukan  hal  itu  dengan  merampas  kehadiran  ilahi-Nya  pada  saat
               Kenaikan-Nya.  Roh Kudus, setelah memasuki jiwa-jiwa yang memiliki



               65  SW, p. 768
               66  Ibid.
               67  SW, p. 128.
                                                                                                               44
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49