Page 131 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 131
117
berkumpul. Biasanya, halaman parkir sebuah supermarket
yang berlokasi sekitar 100 meter dari perempatan menjadi
pilihan.
Kegiatan belajar yang berorientasi pada ujian persamaan
ini didominasi oleh aktivitas mengerjakan soal-soal. Biasanya,
setiap anak mengerjakan soal yang berbeda. Untuk mata
pelajaran matematika misalnya, kakak tutor akan menuliskan
dua puluh soal penjumlahan satuan untuk salah satu anak,
ROSDA
dan ia akan menuliskan soal penjumlahan bilangan puluhan
untuk dikerjakan anak yang lain. Demikian pula, anak yang
lain akan mendapatkan soal pengurangan, perkalian, dan lain-
lain, tergantung kepada kemampuan setiap anak. Pemahaman
kakak tutor terhadap kemampuan berhitung setiap anak secara
spesifik menunjukkan kedekatan interaksi dan intensitasnya
dalam mendampingi kegiatan belajar anak jalanan.
Kakak tutor pun mendampingi proses belajar secara aktif.
Duduk di atas aspal beralaskan kertas koran atau lembaran
kardus sambil membentuk lingkaran, anak-anak bebas bertanya
kepada kakak tutor. Kakak tutor meladeni pertanyaan anak
secara bergantian dan memodelkan cara berhitung yang benar.
Interaksi dalam pembelajaran ini menandai ketidakformalan
pendidikan anak jalanan, yang berbeda dengan kultur
formal di sekolah tempat siswa mendapatkan materi secara
klasikal–yaitu guru menerangkan kepada seluruh siswa, lalu
memberikan soal yang sama untuk mengetes pemahaman
siswa terhadap materi.
Pada kegiatan literasi jalanan, bimbingan intensif dan
perhatian diberikan oleh kakak tutor kepada anak-anak
jalanan agar mereka dapat segera terentaskan dari jalanan.