Page 136 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 136
122
elemen seperti ide dan tema (untuk diperbaiki melalui
penulisan ulang/rewrite, alur (untuk revisi) dan ejaan serta tata-
bahasa (untuk editing). Ketika melewati semua proses yang
berulang-ulang ini, seorang penulis akan mengembangkan rasa
memiliki terhadap tulisannya. Proses ini tidak dialami oleh
anak-anak jalanan pada riset ini.
Dalam perspektif pedagogis, anak-anak jalanan ini
mengalami apa yang disebut defisit pendidikan; yaitu,
ROSDA
mereka tidak mendapatkan pengalaman praktik baik dalam
pembelajaran yang mengembangkan potensi mereka secara
optimal. Kegiatan literasi—dalam bentuk pelajaran menulis—
hanya memampukan mereka untuk mencapai kecakapan
minimal, yaitu dapat membaca dan menulis dengan tingkat
kompetensi yang disyaratkan oleh lapangan pekerjaan
berpenghasilan rendah, seperti buruh pabrik. Kompetensi yang
sering dimaknai sebagai keterampilan membaca dan menulis
materi sederhana dengan lancar ini juga dikenal sebagai literasi
fungsional. Street (1981) mendefinisikan kecakapan literasi
fungsional sebagai keterampilan sederhana yang memampukan
seseorang untuk berfungsi sebagai anggota masyarakat dalam
perannya sehari-hari. Pelajaran menulis untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif, reflektif, dalam konteks anak
jalanan, dengan demikian adalah kecakapan literasi tingkat
tinggi yang tak terlihat relevan dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan yang mereka cari. Namun, apakah ini berarti bahwa
tulisan anak-anak ini tidak menunjukkan jejak proses kreatif
sama sekali? Bagaimana konstruksi identitas terefleksikan
dalam tulisan anak-anak jalanan ini? Tulisan-tulisan Santi dan
teman-temannya berbicara lebih banyak.