Page 138 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 138
124
di pinggir jalan. Anak-anak di daerah ‘sini’ didominasi oleh
anak perempuan, anak-anak kecil—terkadang bayi—yang
digendong oleh sang ibu atau sang kakak ketika ngelap/ngamen.
Sedangkan daerah ‘seberang’ menggeliat ketika hari menjelang
sore, dan cenderung diwarnai oleh aktivitas anak laki-laki
ngamen atau bergerombol menyanyi dengan gitar mereka,
tanpa ditemani kehadiran orang dewasa atau orangtua.
Menurut ibu-ibu di daerah ‘sini,’ anak-anak mereka
ROSDA
dan anak-anak ‘seberang’ tidak saling mengenal dan tidak
berinteraksi. Ibu-ibu ini bercerita bahwa kehadiran mereka
di perempatan adalah untuk mengawasi anak-anak mereka
agar tidak bergaul dan terpengaruh oleh anak-anak di
‘seberang.’ Menurut mereka, anak-anak di ‘seberang’ adalah
anak-anak ‘nakal’ yang melakukan hal-hal yang tidak mereka
sukai, seperti ngelem—menghisap lem Fox kalengan sampai
mabuk—merokok, dan terkadang mencopet. Penanda lain
dalam konteks literasi adalah bahwa anak-anak di ‘seberang’
tidak terlibat dan tidak tertarik dengan kegiatan literasi rutin/
mingguan dengan bimbingan tutor (namun demikian, sesekali
mereka menghadiri kegiatan-kegiatan penyuluhan yang
diadakan oleh LSM atau pemerintah).
Idang adalah salah satu dari sedikit anak yang bekerja di
perempatan Pasundan tanpa diawasi oleh ibu. Kedewasaan
dan karakternya yang mengayomi menjadikan teman-
temannya menganggapnya sebagai sosok pelindung dan
penolong. Teman-temannya datang kepadanya untuk meminta
saran, termasuk ketika mereka memerlukan bantuan dalam
menulis. Mereka duduk di sekitar Idang dan menanyakan apa
yang sebaiknya mereka tulis. Idang memberikan saran dan
membiarkan mereka membaca apa yang ditulisnya.