Page 79 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 79
65
Saya juga menggunakan penelitian lapangan untuk
mewawancarai mantan BMI yang telah kembali ke kampung
halamannya. Menindak-lanjuti percakapan intensif saya
dengan mereka melalui email dan obrolan di media sosial, saya
kemudian mengunjungi tiga orang mantan BMI di Jakarta,
Magetan, dan Malang. Tujuan dari wawancara di bagian ini
adalah untuk mengeksplorasi praktik literasi mereka selama
masih bekerja di Hong Kong, dan terutama untuk mengungkap
ROSDA
bagaimana praktik tersebut memengaruhi kehidupan mereka
setelah selesai kontrak kerja.
Saya menjalankan fase kedua dari penelitian lapangan di
Hong Kong. Saya mendekati 24 BMI melalui snowball sampling.
Ada beberapa orang yang sudah cukup intensif berinteraksi
dengan saya melalui media sosial selama kurang lebih setahun
sebelum saya bertemu mereka di Hong Kong. Mereka lebih
terbuka dalam memberikan informasi tentang praktik literasi
dan kehidupan mereka sehari-hari sejak awal proses penelitian
saya, meskipun saya belum pernah mengenal atau bertemu
mereka sebelumnya. Beberapa orang yang lain baru saya
kenal ketika saya datang di Hong Kong melalui pertemanan
mereka dengan para BMI yang saya kenal sebelumnya.
Mereka cenderung lebih ragu menjawab pertanyaan saya dan
menanyakan tujuan penelitian saya. Saya sering mendapatkan
pertanyaan seperti “apa yang mbak Tiwik mau tulis tentang
kami?”, “sampeyan wartawan mbak?” atau “apa mbak Tiwik
mau mencari informasi tentang kasus-kasus BMI bermasalah?”
Meskipun begitu, setelah mengetahui latar belakang saya
sebagai dosen yang sedang studi S3 di Australia dan meneliti
praktik literasi di kalangan BMI, respons mereka berubah
drastis. Tentu saja saat itu saya tidak menggunakan istilah