Page 242 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 242

F.  Ashtangga Yoga sebagai Dasar Pembentukan

                Budi Pekerti Luhur dalam Zaman Globalisasi
            Perenungan:

            Na karmaṇām anārambhān naiṣkarmyaṁ puruṣo ’ṡnute,
            na ca saṁnyasanād eva siddhiṁ samadhigacchati.
            Terjemahannya;

            Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan
            mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja (BG. III.4).

            Memahami Teks:
            Secara  umum, konsep etika   dalam  Yoga  termasuk dalam  latihan yama  dan
            nyama, yaitu disiplin moral dan disiplin diri. Aturan-aturan yang ada dalam
            Panca yama dan Panca nyama, juga berfungsi sebagai kontrol sosial dalam
            mengatur moral   manusia. Dalam  buku Tattwa  Darsana, menjelaskan bahwa
            etika  dalam  yoga  adalah sebagai  berikut;  dalam  samadhi, seorang Yogi
            memasuki   ketenangan tertinggi  yang tidak tersentuh oleh suara-suara  yang
            tak henti-hentinya, yang berasal dari luar dan pikiran kehilangan fungsinya,
            di  mana  indra-indra  terserap ke  dalam  pikiran. Apabila  semua  perubahan
            pikiran terkendalikan, si pengamat atau Purusa, terhenti dalam dirinya sendiri.
            Keadaan semacam ini  di dalam Yoga-Sutra Patanjali disebut sebagai Svarupa
            Avasthanam (kedudukan dalam diri seseorang yang sesungguhnya).

            Dalam filsafat Yoga, dijelaskan bahwa yoga berarti penghentian kegoncangan-
            kegoncangan pikiran. Ada    lima  keadaan pikiran itu. Keadaaan pikiran itu
            ditentukan oleh intensitas sattwam, rajas dan tamas. Kelima keadaan pikiran
            itu adalah:

            1.  Ksipta  artinya  tidak diam-diam. Dalam  keadaan pikiran itu diombang-
               ambingkan oleh rajas   dan tamas, dan ditarik-tarik oleh objek indra  dan
               sarana-sarana  untuk mencapainya, pikiran melompat-lompat      dari  satu
               objek ke objek yang lain tanpa terhenti pada satu objek.

            2.  Mudha artinya lamban dan malas. Gerak lamban dan malas ini disebabkan
               oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang
               alam  pikirannya demikian cenderung bodoh, senang tidur dan sebagainya.

            3.  Wiksipta  artinya  bingung, kacau. Hal  ini  disebabkan oleh pengaruh
               rajas. Karena  pengaruh ini, pikiran mampu mewujudkan semua       objek
               dan mengarahkannya    pada  kebajikan, pengetahuan, dan sebagainya. Ini
               merupakan tahap    pemusatan pikiran pada   suatu objek, namun sifatnya
               sementara, sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.




            232  Kelas XII SMA/SMK
   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247