Page 65 - Matinya Seorang Anak Muda di Negeri Ini & Cerita Pendek Lainnya
P. 65
Aku bersandar di dinding, tepat di belakangku adalah
foto keluarga tuan Ardi; ia, istrinya, nyonya Ratih dan
putri kesayangannya, Siska. Samar-samar, ingatanku
kembali ke hari itu, tepat sebulan yang lalu, ketika aku
bertemu sahabatku Rendi di sebuah warung makan tidak
jauh dari rumah susun yang dihuni aku dan ayah.
Saat itu Rendi, sahabatku sejak SD datang menemuiku
dan mengutarakan niatnya merantau ke negeri
seberang. Hidup yang lebih menjanjikan, katanya. Tetapi,
ia masih memiliki kontrak kerja dengan sebuah keluarga
kaya raya, dengan menjadi supir pribadi hingga akhir
tahun. Ia nekat merekomendasikan aku untuk
menggantikannya, dengan alasan kepada keluarga
tersebut, bahwa ia sedang merawat neneknya yang sakit,
yang terpaksa berobat ke luar kota. Agar tampil
meyakinkan, Rendi akhirnya membuatku pergi ke barber
shop dan mendapatkan potongan rambut cepak, dari
rambut gondrong yang sebelumnya kubanggakan. Ia juga
berhasil membuatku tampil rapi, mengenakan kemeja
putih dan celana kain hitam, yang akhirnya membuatku
terlihat berkelas; katanya. Sebagai gantinya, Rendi
bersedia membayar kontrakan rumah susun kami selama
1 tahun di muka, dan aku boleh menikmati semua gaji
dan fasilitas yang ia peroleh karena menggantikan
pekerjaannya sebagai supir pribadi keluarga tersebut.
Ayahku yang telah lama menganggur karena cedera di
kaki kanannya dan kini berjalan pincang, jelas setuju dan
mendukung aku mendapat pekerjaannya.
62