Page 333 - test yy
P. 333
326 “Mewujudkan Kemandirian Indonesia Melalui Inovasi Dunia Pendidikan”
3. Sosiologis, kesadaran orang tua untuk mendorong dan
memotivasi anak-anaknya untuk hidup lebih baik dari orang
tuanya.
4. Politik, kepentingan negara untuk menyejahterakan dan
memajukan warga negaranya dalam dunia pendidikan dan
semua aspek yang dapat mendorong kemandirian suatu
bangsa.
5. Filosofis, kesadaran untuk meningkatkan kompetensinya atas
perubahan dalam perjalanan hidup di masa mendatang
6. Teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mendorong penguasaan atas teknologi.
7. Psikologis atau Pedagogi, dorongan untuk inovatif dalam
proses pembelajaran yang dapat menjawab tantangannya.
8. Kultural, dorongan integrasi antara ilmu pengetahuan dengan
kondisi yang ada di lingkungannya
9. Etika, penciptaan lingkungan yang mendukung terwujudnya
motivasi untuk terus belajar (Achmad, 2001).
Perihal tersebut secara eksplisit dalam payung hukum yang
langsung mengendalikan kebijakan pembelajaran, ialah Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran
Nasional. Pasal-pasal yang menerangkan secara langsung
sebutan pembelajaran sepanjang hayat tercantum dalam Bab III
tentang prinsip penyelenggaraan pembelajaran, pasal 4, ayat (3)
yang mengatakan kalau“ Pembelajaran diselenggarakan selaku
sesuatu proses pembudayaan serta pemberdayaan partisipan
didik yang berlangsung sepanjang hayat”. Bagian lain yang
mengulas tentang ini merupakan Bab IV, Bagian kesatu tentang
hak serta kewajiban masyarakat negeri, pasal 5, ayat (5) yang
menerangkan kalau“ Tiap masyarakat Negeri berhak
menemukan peluang tingkatkan pembelajaran sepanjang hayat”.
Komitmen UNESCO pada Forum Pendidikan Dunia di
Dakar tahun 2000, merumuskan pendekatan strategis sebagai
upaya menyukseskan 6 program utama EFA. Kerangka Aksi
Dakar secara eksplisit mengakui kalau pembelajaran dari buaian