Page 51 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 51
Apabila berlebih, ia membagikan kepada Sementara hasil penjualan dari kelompok
tetangga sekitar. Sempat ada yang sangsi dibagi bersama.
Yohana punya banyak sayuran. Suaminya, Suswanto, 63 tahun, mendukung
“Ya duwe (punya), kan nanam,” ucap Yohana aktivitas istrinya. Bahkan keduanya
kala itu. bahu-membahu mengelola sawah dan
pekarangan.
Mereka pun main ke rumah Yohana untuk
melihat sendiri kebun sayurnya. Pelan- “Paling saya nyari tanah dan pupuk
pelan, Yohana pun melakukan edukasi. kandangnya, terus saya campur dengan
perbandingan 1:1. Nanti ibu yang nanam,”
“Kalau mau, kita bareng-bareng nanam, kata Suswanto.
lumayan ngurangi pengeluaran. Setiap butuh,
sewaktu-waktu bisa metik di pekarangan Untuk meramu pupuk organik cair (POC),
sendiri,” papar Yohana. Yohana mengumpulkan sayur dan buah yang
hampir busuk dari pedagang pasar. Sayur dan
Gayung bersambut. Mereka berkumpul dan buah itu dirajang kecil-kecil, dimasukkan ke
membentuk KWT “Tuwuh”. Di kelompok ini dalam ember, lalu dicampur dengan air dan
pula, Yohana berbagi ilmu pertanian lestari tetes tebu. Sebotol tetes tebu seharga Rp15
yang didapatkan dari Karisma. ribu bisa digunakan untuk membuat 20 liter
Selain mengurus tanaman di pekarangan POC yang difermentasi.
masing-masing, anggota KWT juga Yohana telah membuktikan ‘keajaiban’ POC.
bergantian piket di rumah benih sesuai Pohon petainya yang tak kunjung berbunga
jadwal yang disepakati. Mereka juga bisa berbunga dan berbuah banyak setelah
memanfaatkan tepian jalan lingkungan disiram POC.
untuk bercocok tanam.
“Petenya bagus-bagus. Punya saya sempat
“Pernah sepanjang jalan itu dipasang rak- laku Rp25 ribu per ikat,” ucap Yohana girang.
rak bambu diisi tanaman kangkung dalam
polybag,” kenang Yohana. Begitu pun dengan pohon durian yang
belum sekalipun berbuah sejak ditanam
Yohana sudah berhasil menjual sayurannya pada 1991. Usai diguyur POC, berbuah
ke pasar. Pedagang kebab sangat berminat pada Agustus-September 2023 lalu.
dengan selada airnya karena menggunakan
pupuk organik. “Karena pohonnya di pinggir jalan, yang
panen yang lewat,” lagi-lagi Yohana tertawa.
Sekali tanam selada air bisa 2-3 kali panen
pada bulan ketiga. Satu kilo selada air bisa Meski demikian, ia mengaku belum bisa
dikumpulkan dari 8-10 polibag. Sekali 100 persen meninggalkan pupuk kimia.
setor tiga kilo dengan harga Rp15 ribu per Alasannya, tanah di Samigaluh belum bisa
kilogramnya. Bisnis selada itu ditekuninya lepas dari pupuk pabrik itu.
selama satu tahun. Padahal harga pupuk kimia mahal mencapai
Sayuran lainnya yang dijual ada sawi cesim Rp13 ribu – Rp14 ribu per kilo. Untuk
untuk kuah bakso, kacang panjang, buncis, mendapat pupuk harga subsidi harus
dan cabai. Hasil kebun juga dijual kepada mempunyai kartu tani yang diperoleh bila
sesama anggota, atau dibawa ke pasar. bergabung dalam kelompok tani. Ia pun
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 51