Page 52 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 52
berusaha untuk konsisten menggunakan Sambil mengudap buah duku hasil panen,
pupuk alami. kami meriung di teras rumahnya. Ditemani
lengkingan garengpung alias tonggeret
“Petani memang harus kembali lagi ke alam, yang menandai musim kemarau tiba dan
kembali ke zaman dulu. Dulu enggak pakai gemerisik dedaunan pohon yang saling
pupuk pun bisa tumbuh,” papar Yohana.
beradu ditiup angin.
Bersama Karisma, kini Yohana berupaya Subari mengisahkan, bapaknya dulu
menggairahkan kembali semangat mengolah lahan sawah tadah hujan. Saat
perempuan-perempuan usia lanjut, ia tak sanggup mengelola
KWT “Tuwuh”. Kebiasaan di sana, semangat sawah sehingga diubah menjadi kebun atau
bisa bangkit kalau sudah ada yang memulai tegalan cengkeh, lada, dan kemukus yang
dan berhasil. panen setahun sekali. Sayangnya, lada dan
cengkeh punah karena hama.
“Masyarakat pedusunan seperti itu. Kalau
melihat ada orang sukses, berhasil, nanti Sepulang merantau pada 2006, Subari
pengen ikut. Dulu awalnya juga gitu. melanjutkan untuk mengelola kebun pada
Mungkin nanti gitu juga,” ucap dia. 2008. Lahannya keras di tanah miring yang
rawan longsor. Di dalamnya terpendam
Ahad lalu, Yohana ikut kegiatan kunjungan aneka sampah berupa plastik, pecah belah
Karisma ke Tani Organik Merapi (TOM). Ia hingga baju-baju bekas. Butuh waktu enam
kepincut dengan budidaya lidah buaya. bulan untuk membersihkan, mengolah
Ia membeli satu tanaman itu untuk lahannya dan membuat terasering dengan
dicobakembangkan di lahannya. Bila nanti bebatuan.
belum bisa mengolahnya menjadi produk Ia ingin mempraktikkan cara bertanam
pangan, setidaknya bisa dijual mentahan. dengan teknik organik yang diperolehnya di
Tiga pelepah lidah buaya bisa mencapai perantauan. Meskipun pupuk kandang yang
berat satu kilo dan laku Rp11 ribu. digunakan belum diolah alias mentahan.
“Semoga nanti bisa untuk membangkitkan Tanaman awal adalah singkong, pisang,
kelompok,” harap dia. cengkeh, dan sengon laut albasia. Di
bawahnya ditanami aneka empon-empon,
seperti jahe dan kapulaga.
Lestari dengan Buah Pisang kojo dan ambon hampir lima hari sekali
dipanen dan dijual dengan harga antara
Meski sama-sama di Bukit Menoreh di Rp25 ribu hingga Rp125 ribu per tandan.
Kecamatan Samigaluh, jalan ke kediaman Setahun lalu pohon pisang dirobohkan dan
kader Karisma, Th. Harning Sulastri, 51 jadi kompos karena serangan hama. Lantaran
tahun dan suaminya, Archagius Subari, 54 pisang mendadak menjadi keras, meskipun luarnya
tahun di Dusun Nyemani, Desa Sidoarjo kuning.
lebih ekstrem. Beberapa ruas jalan menanjak
curam, bahkan ada yang nyaris miring 30 “Kata tetangga, itu mengandung racun,”
derajat. Saat turun pun serasa naik roller kata Subari.
coaster. Sementara sengon laut albasia menjadi
andalan dan dijual ke pabrik kayu gelondong
52 Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim