Page 7 - DOC, NASKAH SIMBOK DR PENERBIT_Gorgeous
P. 7
Emak : “Emakmu masih sehat. Apa kalian tega menjual tanah
ini? Emak mau numpang hidup ke mana? Barangkali
kalian cukup menunggu beberapa waktu saja melihat
Emakmu hidup, Le? (Berdiri mendekati jendela melihat-
lihat halaman.)
Di pekarangan ini, tembuni kalian ditanam. Juga di rahim
Emakmu yang sudah peyot ini tembuni bersemayam.
Apakah kalian melupakan itu, Cah Bagus? Masih
pantaskah kalian menagih tembuni itu untuk kalian
makan? Padahal tembuni adalah saudara kalian ketika di
alam kegelapan.”
Guntoro : “Tapi, Mak, tanah itu harus segera dibagikan! (Suaranya
meninggi, tak sabar melihat sikap emak.) Mumpung
Emak masih ada, jadi kami semua mendapatkan
kepastian, Mak!”
Bayu Aji : “Betul kata Mas Gun, Mak. Tak ada yang perlu ditunggu.
Toh nantinya pekarangan ini juga akan dibagikan ke
anak-anak bukan? (Berdiri mendekati emak.) Dan Emak
bisa tinggal bersama Ndaru di Pekalongan, mengontrak
barangkali. Terus terang rumah kami juga sangat sempit
dihuni anak-istri.”
Ndaru : “Cukup, Mas! (Suaranya parau.) Kalian sudah
keterlaluan sekali. Di mana hati kalau harta adalah tujuan
hidup? Seumur hidup Mas nggak akan tenteram. Segala
macam cara Mas lakukan untuk mendapatkannya. Siapa
yang akan memilih Mas sebagai pamong desa kalau hati
Mas seperti serigala?” (Tangan menggebrak pintu rumah,
seakan ia lupa berdiri di atas tongkat kayu.)
Guntoro : “O, adikku luar biasa, pintar berkhotbah sekarang.
Mau berlagak jadi pahlawan? (Guntoro bertepuk
tangan mendekati Ndaru. Suaranya meninggi matanya
melotot.) Kamu tahu apa, ha? Kamu pikir hidup itu
hanya serangkaian teori? Baca buku, dihapal, menjawab
pertanyaan selesai? Aku ini nggak usah digurui. Masmu
ini sudah banyak makan asam garam!” (Badannya
mendekati Ndaru. Ndaru tersungkur jatuh.)
41

