Page 121 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 121
120
disimpulkan bahwa kaitan teori ini dengan perdagangan orang tidak terlepas
penyebab terjadinya melalui interaksi dan komunikasi baik dengan orang
atau melalui media. Motif seseorang berubah dengan melihat perilaku orang
lain melalui interaksi langsung maupun melalui media, sehingga seseorang
berusaha untuk memenuhi dorongan melalui jalan pintas. Hal ini berkembang
di tengah-tengah masyarakat dengan bentuk bentuk perdagangan orang
yang beraneka ragam.
5.4. Faktor Ketiadaan Kesetaraan Gender
Salah satu faktor kriminogen yang dapat menjadi pemicu kejahatan
perdagangan orang adalah ketiadaan kesetaraan gender dalam masyarakat.
Asumsi ini didasarkan hasil penelitian yang menempatkan faktor ini sebagai
faktor yang sangat berpengaruh 118 . Temuan penelitian ini dapat menjadi
masukan tentang pengaruh faktor ketidaksetaraan gender sebagai faktor
kriminogen kejahatan perdagangan orang. Muncul ketidaksetaraan gender
dalam perspektif kriminologi umumnya disandarkan pada teori kausa
kejahatan. Padahal menurut Hoefnagel perlu diperhatikan faktor lain yaitu
kejahatan yang disebabkan karena stigma dan seriousness 119 . Menurutnya,
bahwa kejahatan kekerasan juga dipengaruhi oleh others dan offenders”
yaitu suatu kejahatan yang didorong oleh pendapat masyarakat umum
tentang suatu peran sehingga menimbulkan kejahatan dalam masyarakat.
Dalam kaitan dengan ketidaksetaraan gender yang merupakan rekonstruksi
118 Hasil penelitian Hj. Henny Nuraeny, tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang;
Kebijakan Hukum Pidana dan Pencegahannya, Sinar Grafika, 2011, h.
119 Dikutip dan buku Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT.
Relika Aditama, 2005, h. 75.