Page 169 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 169
168
mampu bertahan menjadi suatu masyarakat yang memiliki peradaban yang
maju dan bermartabat. Oleh karena itu, perubahan atau penghancuran
terhadap nilai-nilai budaya tersebut sama dengan menghancurkan
masyarakat itu sendiri. Dalam perspektif kriminologis, rusaknya tatanan nilai
budaya sangat ditentukan oleh sejauhmana masyarakat mempertahankan
sistem tata nilai yang mengikat masyarakat itu sendiri. Secara teoretik,
semakin tinggi daya tahan suatu masyarakat maka semakin tinggi tatanan
nilai budaya, maka semakin tinggi pula daya integrasi antara warga
masyarakat dan keberlangsungannya. Demikian pula dalam Teori
SOBURAL diasumsikan bahwa perilaku masyarakat ditentukan sejauhmana
nilai-nilai sosial budaya mampu mendominasi perilaku warganya dan
semakin banyak ada salah satu tatanan nilai yang dominan dari sekian
banyak tatanan nilai sosial budaya maka pola perilaku masyarakat akan
terkendalikan. Hanya saja jika melihat hasil analisis sosiologik dan dikaitkan
dengan analisis kriminologis terhadap kejahatan perdagangan orang dalam
masyarakat tampak bahwa asumsi teori ”role-teke” dan segala tatanan nilai
yang diusungnya menjadi nilai baru yang cenderung mendominasi individu
atau sekelompok orang (pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
dan korbannya) sehingga terbangun hubungan-hubungan yang bersifat
pribadi dan selanjutnya menimbulkan suatu suasana atau kondisi yang oleh
Mead sebagai ”negotiated reality” 145 . Kondisi atau terciptanya hubungan-
hubungan yang didasarkan pada negosiasi faktual berdasarkan kejahatan
145 Lihat pandangan Mead dalam buku Sahetapy berjudul Kriminologi sebagai pisau
analisis, loc.cit.