Page 28 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 28

27







                        Perdagangan Orang (TPPO) menjadi kejahatan extra ordinary crime dalam


                        kaitannya  dengan  hasil  penelitian  ini  sangat  penting.  Karena  kejahatan

                        Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bukan hanya sebagai kejahatan


                        biasa  (ordinary  crime)  akan  tetapi  sudah  memenuhi  kriteria  sebagai

                        kejahatan luar biasa karena pelaku telah melakukan pelanggaran Hak Asasi


                                                                                                        29
                        Manusia  (HAM)  dan  kejahatan  kemanusiaan  (human  against  humanity)
                        atau  juga  disebut  sebagai  extra  ordinary  crime.  Asumsi  teoretis  ini


                        menunjukkan bahwa perbuatan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)

                        memiliki  aspek  sistemik  (systematic  crime)  yaitu  melalui  pengorganisasian


                        secara rapi (crime organized), jangkauan locus dan tempus delictinya sudah

                        meluas dan pelaku, korban telah melampaui batas-batas negara (boundary

                        states).  Oleh  karena  itu,  perbuatan  pelaku  (pembuat,  peserta  dan  turut


                        melakukan)  telah  melakukan  pelanggaran  Hak  Asasi  Manusia  (HAM)  dan

                        termasuk  kejahatan  melawan  kemanusiaan  (crime  against  humanity)  yang


                        tergolong  extra  ordinary  crime.  Perumusan  perbuatan  Tindak  Pidana

                        Perdagangan Orang (TPPO) sebagai extra ordinary crime dapat ditetapkan


                        dalam kerangka kebijakan pidana (policy criminal). Sebab, melalui kebijakan

                        pidana  (kriminalisasi  delik)  dapat  ditentukan  perbuatan-perbuatan  apa  saja


                        yang dapat digolongkan sebagai extra ordinary crime dengan mengacu pada




                               29  Konsep Human Against Humanity menurut DUHAM dan Statuta Roma sebagai “
                        perbuatan  yang  melawan  kemanusiaan  sebagaimana  dirumuskan  dalam  Pasal  7  huruf  g
                        yang  salah  satu  isi  yaitu  :  perbudakan  seksual,  prostitusi  paksa,  sterilisasi  paksa,  atau
                        bentuk-bentuk  pelanggaran  seksual  lainnya  dengan  tingkat  keseriusan  yang  dapat
                        diperbandingkan  bahaya  yang  ditimbulkan  kejahatan  kemanusiaan…Dikutip  dari  buku  H.
                        Effendy  Junaedi  Karnasudirdja,  dari  Pengadilan  Militer  International  Nuremburg  ke
                        Pengadilan Hak Asasi Manusia Indonesia, PT. Tata Nusa, Jakarta, Indonesia, 2003, h.
                        58.
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33