Page 70 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 70

perwujudan dari konsepsi (hukum adat yang bersifat komunalistik yang
            memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak yang
            bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan) dan azas-azas
            yang sama, biarpun lembaga-lembaga hukumnya bisa berbeda dengan
            bahasa sebutannya  yang berbeda juga.
                            24
                Pembangunan hukum agraria yang substansinya tertuang dalam
            Undang-Undang Nomor 5  Tahun 1960, menurut Mahfud MD
                                                                          25
            mengingat proses pembuatan UUPA yang partisipasif dan isi yang
            aspiratif, maka UUPA merupakan hukum yang berkarakter responsive.
            Selanjutnya jika UUPA dilihat dari nilai sosial yang mendasarinya,
            maka UUPA merupakan hukum prismatik yang ideal, karena
            mengkombinasikan (mengambil segi-segi baik) dua ekstrem pilihan
            nilai sosial yaitu niali social paguyuban (gemeinschap) dan nilai social
            patembayan (geselschap) dengan titik berat pada nilai kepentingan yang
            populistik (kemakmuran bersama) tanpa menghilangkan hak individu.
            Berdasarkan pada berbagai pertimbangan filosofis tersebut, Mahfud
            MD, berkeyakinan bahwa UUPA secara prinsip tidak perlu dirubah,
            sebab pada dasarnya sudah baik, tetapi yang menjadi masalah adalah
            implementasinya. Dari sisi filosofi sudah baik, akan tetapi pilihan
            kepentingan dan nilai social oleh Pemerintah telah menggeser pesan
            subtantif  filosofis  yang  mendasarinya.  Sebagai  contoh  bergesernya
            penggunaan hak menguasai yang berintikan  “mengatur” dalam
            kerangka populisme menjadi “memiliki” secara mutlak dalam rangka
            pragmatisme untuk melaksanakan program pembangunan ekonomi
            yang berorientasi pada pertumbuhan.






            24   Patuanan (Ambon), Panyapeto (Kalimantan),  Wewengkon (Jawa), Prabumian
                (Bali), Pawatasan (Kalimantan), Totabuan (Bolaang Mongondow), Limpo (Sulawesi
                Selatan), Nuru (Pulau Buru), Ulayat (Minangkabau),  Torluk (Angkola), Paer
                (Lompok) dan Golat (Batak). Tolib Setiady, (2008), Instisari Hukum Adat Indonesia
                (Dalam Kajian Kepustakaan), Bandung, Alfabeta: 312.
            25   Mahfud MD, (2006),  Amandemen UUPA No. 5  Tahun 1960 Dalam Perspektif
                Politik Hukum (Makalah disampaikan pada Semiloka Nasional Penyempurnaan UU
                Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA) FH UII- DPD RI, Yogyakarta, 24 Maret 2006:
                4.


                                          55
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75