Page 99 - SKI kls 8
P. 99

D.  Kemajuan Bidang Ilmu-Ilmu Agama



               Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu yang muncul di tengah-tengah suasana hidup
               keislaman,  baik  berkaitan  dengan  agama  maupun  bahasa  Al-Quran.  Ilmu  agama  telah
               berkembang sejak masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami
               perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar dan
               karya-karya yang agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Ilmu pengetahuan keagamaan
               yang berkembang dan sangat maju antara lain sebagai berikut:

               1.  Ilmu Hadis


                   Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Hadis yang merupakan tradisi
                   lisan sejak masa Rasulullah, sahabat hingga tabi’in telah mengalami banyak permasalahan,
                   seperti pemisahan antara Hadis dengan qaul sahabat, pengelompokan Hadis, dan pemalsuan
                   Hadis. Untuk mengatasi hal tersebut, para ulama melakukan penelusuran dan pemilahan
                   terhadap Hadis Nabi tersebut.

                   Dalam sejarah perkembangan ilmu Hadis, pencatatan dan pengelompokan Hadis sudah
                   dimulai  pada  masa  Dinasti  Umayyah,  di  bawah  kekhalifahan  Umar  bin  Abdul  Aziz.
                   Selanjutnya, pada masa Dinasti Abbasiyah, para ulama meneliti dan mengkaji berbagai
                   Hadis untuk menentukan keabsahan dan keasliannya, baik dari segi sanad, rawi, maupun
                   matan (isi, sifat, dan bentuk hadis). Mereka kemudian menghimpun berbagai Hadis nabi ke
                   dalam berbagai kitab, antara lain berupa kitab Sahih, Sunan dan Musnad.

                   Usaha ini diawali oleh Ishak bin Rawaih (guru Imam Bukhari). Ia meminta murid-muridnya
                   untuk menulis kitab berupa himpunan hadis-hadis sahih.  Imam Bukhari sendiri menulis
                   kitab Ṣahīh al-Bukhārī dan Imam Muslim menulis Ṣahīh Muslim. Berikutnya Abu Dawud,
                   Tirmizi, Nasa’i, dan Ibnu Majah masing-masing menyusun kitab Sunan. Dua kitab sahih
                   dan empat kitab sunan tersebut dikenal dengan istilah Kutubus-Sittah (Enam Kitab Induk
                   Hadis). Ada pun kitab musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa al-Abasi, Musaddad
                   al-Basri, Asad bin Musa, dan Nu’aim bin Hamad al-Khaza’i.


                   Kutubus Sittah merupakan kitab hadis yang paling populer dan mendapat perhatian luas
                   dari masyarakat. Sebagain ulama mengatakan bahwa tidak ada kitab yang paling sahih
                   setelah Al-Quran, selain kitab Ṣahīh al-Bukhārī. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan.
                   Sebab, Imam al-Bukhari menerapkan syarat yang sangat ketat dalam menyeleksi Hadis
                   yang masuk dalam kitab sahih-nya.

                   Dengan demikian, masa kejayaan Dinasti Abbasiyah telah meninggalkan khazanah yang
                   tak ternilai harganya, termasuk para ahli Hadis dan karyanya yang termashur, antara lain:




                                                        Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013        83
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104