Page 54 - qowaid
P. 54

QAWA’ID FIQHIYYAH



                          demikian,  pertimbangan  yang  kedua  termasuk  kategori
                          kata kiasan yang sudah di kenal luas (al-majaz al-masyhur),
                          bukan termasuk kategori kata denotatif yang berbasis ‘urf
                          (al-haqiqah  al-;urfiyyah),  sebab  makna  aslinya  tidak
                          ditinggalkan  dan  tetap  digunakan  oleh  para  ahli  hukum
                          Islam dalam pembahasan mereka, namun lebih menunjuk
                          pada    adanya     pembatasan      dengan     “pernyertaan”
                          (maqrunah).

                                 Penyebutan  kualifikasi  “penyertaan”  (maqrunah)
                          dan  mensyaratkannya  di  dalam  niat  merupakan  bukti
                          bahwa  para  ahli  hukum  Islam  menunjukkan  niat  dalam
                          pengertian  makro.  Jika  tidak,  tentu  tidak  dibutuhkan
                          penyebutan batasan maqrunah, karena telah termasuk di
                          dalam  substansi  dirinya  sehingga  penyebutannya  hanya
                          menjadi repetisi (pengulang-ulangan) belaka.
                                                                         49
                       b.  Syarat-Syarat Niat
                                 Pada  dasarnya  niat  mempunyai  syarat-syarat
                          tertentu. Seseorang tidak dapat dikatakan niat jika tanpa
                          syarat-syarat  tersebut.  Adapun  syarat-syarat  niat  terdiri
                          atas empat syarat, antar lain:
                          1. Islam
                                     Orang  yang  melaksanakan  niat  harus  seorang
                             muslim. Hal ini karena adanya hubungan yang terjalin
                             begitu erat  antara  niat dengan diterima atau tidaknya
                             amal ibadah seseorang. Seperti telah  diketahui ibadah
                             non muslim tidak diterima oleh Allah  SWT karena dia
                             tidak beriman kepada-Nya. Namun dari syarat Islam ini
                             ada pengecualian yang berlaku baginya, yaitu: Pertama,
                             Permasalahan tentang istri seorang lelaki muslim yang
                             beragama Nasrani dan Yahudi asli  ketika bersuci dari
                                                                50
                             haid,  agar  boleh  dan  halal  disetubuhi  oleh  suaminya
                             yang beragama Islam.
                                     Menurut Imam Malik, Al-Syafi’i, dan Ahmad bin
                             Hanbal, niat menjadi syarat sah mandi jinabat bagi sang
                             istri,  walaupun  dia  tidak  termasuk  orang  yang

                   49  Nihayah al-Ihkam, hlm. 8.
                   50  Seseorang yang semenjak dilahirkan telah memeluk agama Nasrani dan Yahudi
                   yang orisinil, yaitu sebelum dua agama ini melakukan kodifikasi atau pemugaran
                   pada kitab sucinya. Lihat Muhammad Shidqi bin Ahmad al-Burnu, al-Wajiz fi Idlah
                   Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah, Cet. I, (Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1983), hlm. 52.
                                                   43
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59