Page 61 - qowaid
P. 61

QAWA’ID FIQHIYYAH



                          sunnah tasbih. Ini pendapat yang unggul dan didukung oleh
                          Imam as-Suyuthi. Namun menurut Ibn Hajar dalam kitab
                          Fatawinya, dalam shalat sunnah tasbih tidak disyaratkan
                          menentukan niat dengan penyebutan lafal tasbih.
                                                                             61
                                 Sementara  perkara  yang  tidak  perlu  penentuan
                          adalah bersuci, haji, dan umrah, karena apabila dimaksud
                          pada  ibadah  lain  maka  ibadah-ibadah  ini  tetap  dianggap
                          sah. Begitu juga tidak wajib menentukan penyebutan jenis
                          ibadah  untuk  shalat  hari  raya  Idul  Fitri  dan  Idul  Adha
                          menurut  Syaikh  Izzuddin  bin  Abdussalam.  Namun
                          pendapat ini ditolak karena penentuan penyebutan dalam
                          kedua shalat hari raya tersebut disyaratkan.
                                                                       62
                       d. Tempat Niat
                                 Tempat niat adalah di hati, bukan lainnya. Redaksi
                          Abu Bakar bin Abi al-Qasim al-Ahdal al-Husaini al-Yamani
                          (Ibn  Ahdal)  dalam  sebuah  nadzamnya  mengisyaratkan,
                          bahwa di antara ulama tidak terdapat perbedaan pendapat
                          terkait niat cukup di dalam hati. Pernyataan ini perlu dikaji
                          ulang,  sebab  Abu  Abdillah  az-Zubair  mensyaratkan
                          pengucapan lisan sekaligus wujud niat dalam hati. Meski
                          dalam kitab al-‘Umdah pendapat ini dinyatakan sangat jauh
                          dari kebenaran dengan argumen bahwa hakikat niat adalah
                          menyengaja  perbuatan,  sementara  menyengaja  sesuatu
                          tidak ada tempatnya kecuali di dalam hati namun demikian
                          Imam  Ibn  Hajar  dalam  Tuhfah  tetap  mensunnahkan
                          pelafalan niat agar keluar dari khilaf (al-Khuruj minal khilaf
                          sunnah). Karena tempat niat adalah hati, maka niat tidak
                          cukup hanya dengan pelafalan lisan, tanpa niat di hati.
                                 Pandangan  Abdullah  bin  Sulaiman  al-Jarhazi
                          tentang  kewajiban  mewujudkan  niat  dalam  hati  dengan
                          mengamati  nadzam  Ibn  Ahdal  ini  berlaku  untuk  semua
                          kalangan,  termasuk  masyarakat  awam.  Pandangan  ini
                          senada  dengan  keterangan  yang  disampaikan  ulama.
                          Namun  menurut  al-Jarhazi,  ketidakcukupan  niat  dengan
                          hanya diucapkan di lisan cukup menyulitkan orang awam.
                          Maka menurutnya, hendaknya niat yang hanya diucapkan
                          dalam lisan sudah dianggap cukup untuk zaman sekarang,
                          di mana lebih banyak yang meninggalkan shalat daripada

                   61  Al-Haji, Idhah, hlm. 14, dan al-Jarhazi, al-Mawahib, I/ hlm. 142.
                   62   Abdullah  bin  Sulaiman  al-Jarhazi,  al-Mawahib  as-Saniyah  Syar  al-Faraid  al-
                   Bahiyah dalam al-Fawaid al-Janiyah, I/ hlm. 141.
                                                   50
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66