Page 46 - C:\Users\Acer\Music\MODUL FLIPBOOK DIGITAL\
P. 46
Sekarang, mari kita terbang jauh ke wilayah timur, tepatnya Nusa Tenggara. Di
sana kita menemukan pemandangan yang sangat berbeda: padang rumput atau
savana. Tidak ada pepohonan menjulang tinggi, yang ada hanyalah hamparan rumput
luas yang melambai-lambai tertiup angin. Di sini, tumbuhan rumput menjadi penopang
utama kehidupan. Kuda liar, kerbau, sapi, hingga rusa bergantung pada padang rumput
ini untuk bertahan hidup. Apakah kalian tahu mengapa di savana jarang ada pohon
besar? Karena curah hujan di wilayah ini rendah, dan musim kering berlangsung lama.
Hanya tumbuhan tertentu yang bisa beradaptasi, seperti jenis rumput yang memiliki
akar panjang untuk mencari air jauh di dalam tanah. Inilah bukti bahwa flora Indonesia
sangat adaptif sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Gambar (k) Padang savana di Kab. Dompu-NTB
Selain tiga ekosistem utama tadi, flora Indonesia juga menyimpan kekayaan unik
berupa spesies endemik, yaitu tumbuhan yang hanya ada di wilayah tertentu.
Misalnya, bunga Rafflesia arnoldii di Sumatra, yang terkenal sebagai bunga terbesar di
dunia, bisa mencapai diameter lebih dari satu meter. Ada juga anggrek hitam khas
Kalimantan yang bunganya begitu eksotis, serta pohon matoa dari Papua yang buahnya
manis mirip rambutan dan lengkeng. Spesies-spesies endemik ini tidak hanya indah,
tetapi juga menjadi identitas bagi daerah asalnya. Bayangkan, kalau flora endemik ini
hilang, bukan hanya alam yang rugi, tetapi juga budaya dan kebanggaan bangsa.
Nah, sekarang saya ingin mengajak kalian berpikir kritis: bagaimana jika hutan
hujan tropis kita habis ditebang untuk perkebunan sawit, hutan mangrove diganti
tambak udang, dan savana dijadikan permukiman? Apakah flora yang ada di sana bisa
bertahan hidup? Atau justru perlahan punah karena kehilangan habitatnya? Pertanyaan
ini penting, karena pada akhirnya masa depan flora Indonesia ada di tangan kita semua.
38

