Page 38 - SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
P. 38
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Kitab suci ini kemudian terus menerus diajarkan, baik dalam arti harfiah
(yakni bunyi tekstual ayat-ayat Alquran) maupun sebagai prinsip-prinsip
dasar yang kemudian dirumuskan bentuk penerapannya dalam kehidupan
nyata. Hadis juga mendapat perlakuan yang relatif sama, meskipun proses
kodifikasinya memakan waktu yang lebih lama, hingga pada masa Imam
Muhammad b. Isma‘il al-Bukhari (w. 256/870). Begitupun, para peneliti
menunjukkan bahwa sesungguhnya penyalinan hadis sudah berlangsung
dari masa yang jauh lebih awal.
Segera setelah wafatnya Rasulullah saw. para sahabat pengikutnya
melanjutkan misi perluasan penyebaran agama Islam. Dalam masa khilafah
rasyidah umat Islam berhasil menguasai Syria, Palestina, bahkan Mesir (masa
‘Umar) dan disusul pula Irak dan sebagain Persia (masa ‘Usman). Perluasan
wilayah kekuasaan tersebut membawa umat Islam ke dalam satu perjumpaan
kultural dengan budaya-budaya di luar jazirah Arab. Keadaan tersebut
dengan sendirinya memperkaya pengalaman dan memperluas isi pendidikan
umat Islam.
Patut ditekankan di sini bahwa Rasulullah saw. memang telah menanamkan
sikap keterbukaan terhadap dunia luar melalui beberapa sunnahnya. Misalnya
saja, beliau memerintahkan Zayd b. Tsabit untuk mempelajari bahasa
13
Suryani (Syria kuna). Bahasa Suryani menjadi penting bagi umat Islam
karena wilayah Syria bertetangga langsung dengan jazirah Arab, karena
kepentingan komunikasi Rasulullah saw., dan karena bahasa tersebut
mengandung warisan kebudayaan Yunani yang sangat kaya.
Dengan pengayaan konteks kultural tersebut maka bentuk dan konteks
penerapan ajaran Islam ke dalam kehidupan pun dengan sendirinya semakin
meluas dan bervariasi. Sejarah politik misalnya mencatat bahwa untuk
memungkinkan pengelolaan politik yang lebih baik Khalifah ‘Umar mempelajari
lalu mengadopsi beberapa aspek pengelolaan negara yang dipraktikkan
oleh bangsa Persia. Penerapan tersebut terbukti membantu umat Islam
dalam membangun tata negara yang lebih baik dan dapat menyahuti
perkembangan yang sedang berlangsung cepat.
13 Abu ‘Isa Muhammad al-Tirmizi, Al-Jami‘ al-Shahih (Mesir: Mustafa al-Babi
al-Halabi, 1974), vol. I, h. 68.
28