Page 91 - SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
P. 91

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


             pendidikan. Dikotomi pendidikan di sini bermakna pertentangan antara
             apa yang disebut sebagai ‘pendidikan umum’ dan ‘pendidikan agama’.
             Dalam cara berpikir dikotomis keduanya dipandang sebagai dua kutub
             yang berlawanan dan tak mungkin dipersatukan. Padahal di dalam doktrin
             agama Islam tidak ada pertentangan antara disiplin ilmu. Pada hakikatnya
             seluruh ilmu berasal dari Allah swt.: ada yang secara langsung melalui
             wahyu Alquran ada pula yang melalui proses pengkajian hukum-hukum
             yang diciptakan Allah swt. di dalam alam raya. Paham dikotomi pendidikan
             ini telah memecah dunia pendidikan di negeri-negeri muslim mulai
             dari tingkat filosofis, institusional, hingga sosiologis.
                  Karena itu, penyelesaian persoalan dikotomi tersebut dipandang
             sebagai sebuah aspek yang sangat penting dalam pembaruan pendidikan
             Islam. Pendidikan Islam harus dikembalikan kepada prinsip dasar filosofisnya
             yang bersifat utuh-integratif. Oleh karenanya, berbagai upaya dilakukan
             oleh para penulis muslim untuk menghasilkan formulasi epistemologi baru
             yang bersifat Islami untuk menjadi dasar pelaksanaan pendidikan Islam.
             Upaya-upaya Islamisasi ilmu pengetahuan yang dimulai oleh Ismail Raji
             al-Faruqi adalah bagian dari upaya ini. Al-Faruqi menawarkan upaya melawan
             hegemoni ilmu pengetahuan oleh Barat dan pada saat yang sama menawarkan
             cara dan langkah-langkah Islamisasi. 20

                  Wacana filosofis teoretis tentang epistemologi baru bagi pendidikan
             Islam tersebut kemudian dipraktikkan melalui pendirian berbagai Universitas
             Islam Internasional, seperti yang terdapat di Kuala Lumpur Malaysia, Islamabad
             Pakistan,  Dakha  Bangladesh,  atau  Madinah  Saudi  Arabia.  Di  Indonesia
             beberapa waktu belakangan berdiri sejumlah Universitas Islam Negeri yang
             mengklaim  sebagai  wadah  penerapan  epistemologi  baru  sebagai
             pengembangan dari IAIN.   21





                  20  Lihat Isma’il Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Pustaka, 1984)
             serta Isma’il Raji al-Faruqi dan Abdullah Omar Nassef, Social and Natural Sciences:
             The Islamic Perspective (Jeddah: King Abdulaziz University, 1981).
                  21  Transformasi dari IAIN menjadi UIN diawali oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
             pada tahun 2002, dan belakangan disusul pula oleh UIN-UIN yang berada di kota-kota
             lain: Yogyakarta, Malang, Makassar, Pekanbaru, Bandung, Surabaya, Banda Aceh,
             Palembang, Semarang, Medan, Padang, Jambi, Lampung, Banjarmasin, dan Mataram.


                                              81
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96