Page 110 - THAGA 2024
P. 110
atau pemudi untuk meluluhkan orang yang diharapkannya.
Seperti biasa, pertama aku melafalkan ta’wudz dan mengucap
kalimat hamdalah setelahnya merapalkan Idz qola yusufu li
abihi ya abati inni roaitu ahada asyaro kaukabaw wasy-syamsa
wal-qamara ra`aituhum li sajidin yang artinya “(Ingatlah), ketika
Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku
(bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat
semuanya sujud kepadaku”.
Tubuh Rina semakin merapat ke tubuhku. Hawa
dingin membuat tubuh kami reflek berdekatan dan saling
menghangatkan. Kini aku hanya diam, rasanya ini semua
terlalu mudah bagiku. Jika aku teruskan, semua akan terjadi.
Si A’war akan tertawa senang. Mendadak sekelebat bayangan
masa lalu kembali lagi. Pada titik ini, aku tak tahu lagi harus
berkata apa. Yang pasti aku tak mau menjadi Casanova, yang
ahli tentang wanita. Lelaki yang kini namanya identik sebagai
perayu dan penakluk banyak wanita. Seorang Casanova tidak
bisa dipercaya, jenis pria yang akan mengatakan apa pun untuk
merayu dan meniduri wanita. Aku enggan menanggung dosa
besar urutan ke tiga setelah syirik dan menghilangkan nyawa,
tapi aku tertantang untuk menaklukkan.
“Bagus, ya, Kak.” Suara Rina memecah lamunanku.
“Pemandangannya indah banget. Terima kasih, ya, Kak, udah
ajakin Rina ke sini.” Hidung indahnya menghirup udara segar.
“Iya, Rin.” Aku diam sejenak, memandangi raut wajah
Rina yang tersirat bahagia. Kami saling diam menatap lampu
kendaraan di bawah sana yang berkelip merambat pada jalurnya
bagai lampu tumbler led. Hawa dingin seperti ini membuatku
merasakan rindu. Rindu pada seseorang yang aku sendiri tak
tau siapa. Aku hanya mematung. Rasanya tempat seromantis
102 THAGA
GALGARA