Page 195 - THAGA 2024
P. 195
juga yang mau menerima orang yang namanya sudah hancur
dimasyarakat?”
“Kenapa Mas Gal berkata begitu? Pasti ada yang bisa
menerima yang hitam, Mas Gal. Saya sendiri suka warna
hitam, Mas Gal, karena dia menutupi segala warna dan orang
hanya tau warna hitam. Manusia tempatnya hitam, kita tidak
bisa menjudge manusia lainnya. Tunjukkan hitammu, Mas Gal.
Jangan pernah takut menunjukkan gelapmu. Siapa pun yang
bisa menerima hitammu, dialah pelangi.”
“Entahlah, Nab. Aku juga masih berharap ada perempuan
yang mengatakan akan menerima hitamku.” Kini giliran
pandanganku yang menerawang jauh ke centang julangan
puncak pegunungan.
“Lalu soal tadi? Soal oral dengan pasangan, apa gak pernah
juga? Mas Gal masih perjaka? Tapi pengetahuannya luas gitu,
belajar di mana, Mas Gal? Penasaran saya.”
Aku tertawa, “Orang berpengetahuan, kan, gak harus
menjadi pelaku juga, beda dengan orang yang berpengalaman.
Aku suka membaca, mungkin dari situ aku punya pengetahuan
yang lumayan. Bahkan aku jamin bisa imbangi pengetahuanmu
tentang hal itu.”
Semakin sore, pembahasan kami semakin vulgar dan
dari situ diketahui bahwa Nabila merupakan perempuan yang
“hyper”, hanya saja dia pandai menutupinya. Dia juga punya
fetis dan penasaran merasakan berbagai variasi tapi dia tak
pernah ungkapkan kepada pasangan karena malu. Sebut saja
threesome MMF bukan FFM, eksibisi, hingga BDSM. Tentu
tidak mudah membuat Nabila berani berterus terang tentang
semua itu. Perlu aku pancing dan beri keyakinan bahwa itu
semua ilmu yang perlu didiskusikan, bukan sesuatu yang tabu
THAGA 187
GALGARA