Page 396 - THAGA 2024
P. 396
Jika sudah di titik begini, aku lebih memilih diam. Bodoh
amat lah mau bagaimana. Kalo mau pisah, ya, pisah saja.
Perpisahan bagiku gak akan pernah menyakitiku, sebab
pikiranku selalu menolak untuk disakiti.
“Mas, tau gak kalo sebenernya aku ingin nikah sama Mas
itu biar statusku sebagai perawan tua bisa segera berubah.
Tapi aku juga gak berharap lebih akan keutuhan rumah tangga.
Yang penting dengan adanya orang yang menikahiku, minimal
jika aku berpisah dengannya statusku adalah janda. Sehingga
aku yang dari awal sudah tidak lagi perawan bisa termakhlumi
karena aku pernah menikah.”
Aku cukup tersentak dengan pemikirannya. “Bener juga
apa yang jadi pemikirannya. Kalo begitu ini merupakan peluang
untuk membuka jasa pernikahan keliling bagi para wanita yang
sudah gak perawan untuk menikah lalu berpisah.” Ah betapa
liar otakku.
“Aku juga sebenarnya gak tau kenapa dengan diriku
sendiri, Dek. Seolah aku punya tambang kasih sayang yang
cadangannya gak bakal bisa habis meski dikuras oleh semua
wanita. Oleh sebab itu aku gak bakal cukup hanya dengan satu
kasih sayang.”
Jemari Arum menekan tombol power window untuk
menurunkan kaca jendela. Wajahnya dibiarkan tertampar oleh
terpaan angin sore. Matanya terpejam dengan punggung yang
disandarkan rebah pada jok kendaraan. Seolah membiarkan
angin yang menghapus semua kenyataan yang baru saja
terjadi. Sejak itu kami saling berdiam diri.
Pada masa selanjutnya, kami telah sampai di depan
gerbang Terminal Tidar. Yang aroma sekitarnya mulai bau
solar. Sengaja aku berhenti di bahu jalan dan segera turun dari
388 THAGA
GALGARA