Page 400 - THAGA 2024
P. 400
“Sudut pandang kita berbeda saat itu, Gal. Kita gagal
komunikasi dengan baik.”
“Sejujurnya salahku sendiri, sih, Ter. Kenapa aku malah
menjadi bangsat saat patah hati. Betapa lemah watakku saat
itu. Lemah karena tak sanggup kehilangan rasa, rasa tubuh
dan keindahanmu.” Mataku menyeringai penuh hasrat dengan
senyum seringai.
“Yang tabah, Gal. Tuhan gak pernah ninggalin kita. Tuhan
selalu ada buat kamu, Gal. Meski kita sekarang sudah gak
bersama, minimal kita masih bisa menjadi sahabat bukan? Dan
yang terpenting kita jalani karma kita masing-masing, Gal.”
“Asem memang kamu, Ter.” Sambil tertawa, tanganku
menonyor batok kepalanya. “Sebenernya lebih sakit kala
mengetahui kamu sudah sama orang lain, Ter. Itu seperti
ada seseorangyang telah mengambil harta terakhir yang aku
punyai.”
Aku bangkit dari rebah, melepas peluk eratnya. Tanganku
meraih gitar akustik Yamaha cokelat kekuningan yang teronggok
di atas lemari bersama biola.
“Kasih aku satu lagu, Ter. Terserah apa. Kalo bisa lagu
kesukaan kita dulu. Tolong!” Tanganku menyodorkan gitar
padanya yang duduk di atas kasur.
“Gimana kalo aku nyanyikan lagu yang cocok buat gambarin
kamu sekarang?”
“Terserah. Aku hanya ingin mendengar lagi suaramu,
sekalian mengenang masa-masa kita dulu saat di sini. Di kamar
ini,” ujarku yang beringsut mundur di pojok dinding.
“Ehem,” dehemnya dua kali sembari mengulir tuning keys
pada head gitar. Dia melakukan steam sebelum memulai
menyanyikan sebuah lagu. Tangannya bergerak membenamkan
392 THAGA
GALGARA