Page 456 - THAGA 2024
P. 456
tipis penusuk sate, mangkok, arang, spiritus, kipas bambu,
panggangan sate, korek, pisau dan daun pisang.
Burung gagak digunakan dalam persembahan karena
tubuhnya berwarna hitam layaknya ayam cemani yang identik
dengan hal berbau mitos.
Kojin membantuku memisahkan daging gagak dengan
darahnya di mangkok. Kemudian memotong daging gagak
menjadi beberapa bagian berbentuk potongan yang besar,
karena makhluk gaib suka dengan porsi yang besar.
Setelah tusukan sate lengkap, lantas Kojin mengeluarkan
alat-alat pembakaran. Dia membantuku meletakkan peralatan
di dekat makam dan segera menyulut api untuk menciptakan
bara.
Sekarang tinggal mental yang kuat yang harus aku miliki.
Malam tiba, tepatnya pukul 00.00 aku mulai berpisah
dengan Kojin. Dia menuju bawah sekitar 10 menit jalan kaki.
Sedangkan aku tetap di pemakaman yang nampak sepi. Di sini
aku segera melepaskan seluruh pakaian hingga tidak ada yang
tertinggal sedikit pun ditubuhku.
Saat ini dengan keadaan tanpa sehelai benang, aku
mengipas bara sekaligus menghalau dingin. Di sini terdengar
jelas suara burung dan jangkrik yang saling bersahutan. Ada
perasaan takut, tapi aku tetap meneguhkan hati. Aku harus
melakukan peran sebagaimana tukang sate menjajakan
dagangannya.
Tak lupa sebelum berteriak layaknya tukang sate, aku
melumuri daging gagak dengan darah yang sudah ditampung
di mangkuk oleh Kojin.
“Sate gagak, sate gagak. Ayo dibeli. Dilihat dulu juga
tidak apa-apa,” teriakku di keheningan malam. Aku harus
terus menerus melakukan perkataan tersebut hingga makhluk
448 THAGA
GALGARA