Page 153 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 153

budaya, praktikum berbasis tradisi, proyek pembelajaran
               yang mengangkat kearifan lokal, atau observasi lapangan
               dengan aplikasi berbasis lokasi (location-based learning
               apps) (Dewi, 2024).
                      Contoh      praktik    baik    dari    Indonesia
               memperlihatkan        bagaimana       LDLIM       dapat
               diimplementasikan  secara  konkret.  Pengembangan
               komik  digital  berbasis  kearifan  lokal  terbukti  efektif
               dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPS. Komik ini
               tidak  hanya  menyajikan  narasi  yang  dekat  dengan
               keseharian siswa, tetapi juga menyisipkan nilai budaya
               seperti  gotong  royong  atau  penghormatan  pada  tokoh
               lokal. Contoh lain adalah buku ajar digital ekologi, yang
               mengintegrasikan  video  dokumentasi  lokal,  data
               lapangan  yang  dikumpulkan  oleh  siswa,  serta  kuis
               interaktif. Pendekatan berbasis user-centered design ini
               membuat  siswa  belajar  sains  sekaligus  memahami
               konteks ekologis daerah mereka sendiri (Nurprihardianti,
               2024).

                      Agar  model  LDLIM  dapat  diimplementasikan
               secara sistematis, terdapat lima kerangka langkah yang
               dapat diadaptasi oleh pendidik maupun pengembang.
                      Pertama,  Analisis  Kebutuhan  dan  Potensi  Lokal.
               Tahap  ini  berfungsi  sebagai  fondasi,  mencakup
               identifikasi  kompetensi  kurikulum  yang  relevan,
               pemetaan aset budaya lokal seperti cerita rakyat, praktik
               ekologi, dan kerajinan, serta analisis karakteristik siswa
               (usia, gaya belajar, akses teknologi). Kondisi infrastruktur
               sekolah,  termasuk  perangkat  dan  konektivitas,  juga
               menjadi  pertimbangan  utama.  Proses  analisis  ini
               sebaiknya dilakukan melalui FGD yang melibatkan guru,
               tokoh adat, orang tua, bahkan siswa, sehingga kebutuhan
               yang     teridentifikasi   benar-benar   inklusif   dan
               representatif.
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158