Page 168 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 168
Berdasarkan tantangan dan refleksi yang telah
dipaparkan, terdapat sejumlah agenda lanjutan yang perlu
ditempuh untuk memastikan integrasi lokal-digital berjalan
secara berkelanjutan, inklusif, dan adaptif. Agenda ini tidak
hanya relevan untuk guru dan dosen, tetapi juga bagi pembuat
kebijakan, industri kreatif, serta komunitas budaya.
Pertama, Penguatan Infrastruktur Dan Pemerataan
Akses. Langkah pertama adalah memastikan semua sekolah,
termasuk di wilayah 3T, memiliki akses memadai terhadap
teknologi. Pemerintah dapat menginisiasi program offline-
first berupa konten digital yang bisa diakses tanpa internet,
paket mobile learning kit berbiaya rendah, dan energi
alternatif seperti panel surya untuk daerah tanpa listrik stabil.
Kolaborasi dengan penyedia layanan TIK juga penting untuk
menghadirkan konektivitas yang terjangkau. Contoh praktik
baik adalah program Digital School Package di Filipina yang
menyediakan perangkat, modul offline, dan koneksi subsidi di
wilayah terpencil.
Kedua, Capacity Building Guru dan Dosen. Agenda
kedua adalah penguatan kapasitas SDM pendidikan. Program
pengembangan profesional harus berkelanjutan, bukan
berupa pelatihan sekali selesai. Pola yang efektif adalah
collaborative design, di mana guru bekerja sama dengan
desainer media, mahasiswa, dan komunitas untuk
mengembangkan konten lokal-digital. Skema micro-
credential atau kredit akademik bagi guru yang berpartisipasi
dapat meningkatkan motivasi. Misalnya, Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) pernah mengintegrasikan
pelatihan pembuatan e-module berbasis batik Sunda ke dalam
mata kuliah PPG.
Ketiga, Reformulasi Kurikulum Nasional dan LPTK.
Kurikulum nasional dan program LPTK perlu menempatkan
integrasi lokal-digital sebagai kompetensi inti. Artinya, bukan
lagi sekadar muatan tambahan, tetapi bagian wajib dari

