Page 164 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 164
sebagai persoalan teknis, melainkan juga bagian dari
ketimpangan pembangunan yang memerlukan intervensi
kebijakan, kolaborasi publik–swasta, serta skema
pembiayaan khusus (Sulfemi, 2019).
6.2 Kapasitas insan pendidikan (dosen/guru) dan
kesiapan institusional
Selain kendala infrastruktur, kesiapan sumber
daya manusia juga menjadi tantangan besar. Literasi
digital guru sangat bervariasi, dari yang sudah mahir
memanfaatkan teknologi hingga yang masih kesulitan
menggunakan perangkat dasar. Banyak guru belum
memiliki pengalaman pedagogis dalam mengelola media
interaktif, sehingga meskipun mereka mampu mengakses
teknologi, integrasi ke dalam pembelajaran tidak optimal.
Beban administrasi dan tanggung jawab yang menumpuk
juga mengurangi ruang eksplorasi mereka dalam
mengembangkan konten lokal. Di sisi lain, insentif dari
institusi pendidikan untuk mendorong guru
menghasilkan inovasi digital masih terbatas.
Akibatnya, produk digital yang dihasilkan sering
kali tidak mempertimbangkan prinsip desain
pembelajaran atau sensitivitas budaya, sehingga kurang
menarik, tidak berkelanjutan, dan jarang diadopsi secara
luas.
6.3 Keterbatasan kurikulum dan status integrasi
lokal-digital
Integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran
masih sering diposisikan sebagai “muatan tambahan”
alih-alih kompetensi inti. Hal ini terlihat dari bagaimana
kurikulum nasional hanya menyinggung muatan lokal
sebagai opsi, bukan sebagai elemen fundamental.
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),

