Page 163 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 163
6. Tantangan, Refleksi, dan Agenda Lanjutan
Konteks pendidikan di Indonesia, dengan
keragaman geografis, sosial, dan budaya yang sangat
kompleks, menghadirkan tantangan multidimensi dalam
upaya mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam media
pembelajaran digital. Tantangan ini bukanlah persoalan
tunggal, melainkan saling terkait dan membentuk jejaring
masalah yang perlu ditangani secara simultan agar
integrasi lokal-digital dapat berjalan efektif dan
berkelanjutan.
6.1 Kesenjangan kapasitas digital dan infrastruktur
di wilayah 3T.
Kesenjangan digital masih menjadi hambatan
paling mendasar. Sekolah-sekolah di wilayah terdepan,
terpencil, dan tertinggal (3T) sering menghadapi
keterbatasan jaringan internet, baik dari sisi bandwidth
maupun stabilitas sinyal. Selain itu, jumlah perangkat
yang tersedia di sekolah sangat terbatas, bahkan
seringkali hanya berupa komputer tua atau gawai pribadi
siswa dengan spesifikasi rendah. Biaya konektivitas juga
menjadi beban tambahan, apalagi dengan keterbatasan
pasokan listrik yang tidak stabil di beberapa daerah.
Implikasinya, sekolah dan komunitas di wilayah
3T sulit menguji atau mengadopsi media interaktif
berbasis digital, sehingga inovasi pendidikan hanya
terkonsentrasi di wilayah perkotaan yang sudah
terkoneksi dengan baik. Hal ini menimbulkan risiko
terjadinya “representasi timpang”, di mana hanya
komunitas tertentu yang dapat mendigitalkan budaya
mereka, sementara yang lain tertinggal. Dalam jangka
panjang, ketimpangan ini dapat memunculkan distorsi
dalam representasi budaya nasional. Karena itu,
kesenjangan ini tidak bisa dipandang semata-mata

