Page 160 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 160
d. Pendanaan berkelanjutan: Laboratorium yang
berhasil mampu menjaga operasional melalui
hibah riset, CSR, kerja sama industri kreatif,
atau dana internal kampus, sehingga tidak
bergantung pada satu sumber saja.
Dengan kerangka ini, dosen tidak lagi ditempatkan
sebagai aktor tunggal, melainkan sebagai connector yang
mengorkestrasi berbagai pemangku kepentingan dalam
ekosistem pendidikan. Keberhasilan laboratorium riset
bukan hanya diukur dari jumlah produk yang dihasilkan,
tetapi juga dari sejauh mana inovasi tersebut diterapkan,
direplikasi, dan memberi dampak nyata bagi sekolah
maupun komunitas sekitar.
5. Saran Model Pengembangan Media untuk Guru
dan Calon Guru
Pengembangan media pembelajaran berbasis
lokal-digital tidak hanya menjadi ranah dosen dan
peneliti, tetapi juga harus dibumikan di sekolah dan
kampus melalui peran aktif guru serta calon guru. Mereka
berada di garda terdepan dalam implementasi inovasi
pendidikan sehingga perlu diberikan kerangka kerja yang
aplikatif, partisipatif, dan berbasis konteks. Beberapa
saran model berikut dapat menjadi panduan strategis:
Pertama, aktifkan program kolaboratif model
micro-laboratory di sekolah dan kampus. Micro-
laboratory berfungsi sebagai ruang kecil namun intensif
untuk menguji coba (piloting) desain media digital
berbasis lokal. Melalui program ini, guru, calon guru,
mahasiswa, dan komunitas dapat berkolaborasi
menghasilkan prototipe media, lalu mengujinya langsung
di kelas. Misalnya, di SD di Lombok Tengah, guru bersama
mahasiswa PPG mengembangkan digital storybook
berbasis legenda Putri Mandalika. Cerita tersebut

