Page 172 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 172

1.  Smart Localized Teacher Education:
                   Paradigma Baru LPTK

                      Paradigma  smart  localized  teacher  education  hadir
               sebagai  respons  terhadap  dinamika  globalisasi  pendidikan
               yang menuntut guru abad ke-21 memiliki kompetensi yang
               tangguh secara akademik, adaptif terhadap teknologi, namun
               tetap berakar pada kearifan lokal dan kebutuhan komunitas.
               Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai
               produsen  utama  tenaga  pendidik  dituntut  melakukan
               transformasi  menjadi  institusi  yang  inklusif,  inovatif,  serta
               berorientasi pada pemecahan masalah nyata yang dihadapi
               masyarakat lokal.
                      Transformasi ini menuntut pergeseran paradigma dari
               pendekatan  konvensional  -  yang  cenderung  menekankan
               transfer pengetahuan - ke arah pendidikan guru yang berfokus
               pada  pengembangan  kapasitas  adaptif,  kritis,  kreatif,  dan
               kolaboratif.  Guru  tidak  lagi  dipandang  semata  sebagai
               penyampai materi, tetapi juga agen perubahan sosial, budaya,
               dan teknologi (Agus Setiawan, 2021). Dalam kerangka ini,
               smart  localized  teacher  education  menekankan  pentingnya
               “berpikir  global,  bertindak  lokal”,  yang  berarti  guru  harus
               mampu  menyerap  inovasi  pendidikan  internasional  tanpa
               mengabaikan konteks lokal.
                      Implementasi  paradigma  ini  tidak  cukup  hanya
               melalui  revisi  kurikulum  lintas  disiplin,  melainkan  harus
               dilengkapi  dengan  pengalaman  praktik  lapangan  yang
               kontekstual.  LPTK  perlu  membangun  kemitraan  strategis
               dengan  sekolah,  komunitas  adat,  industri  kreatif,  lembaga
               riset,  serta  pemerintah  daerah  untuk  memastikan  proses
               pendidikan  guru  berlangsung  dalam  ekosistem  yang  kaya
               akan pengalaman nyata (Samsul Bahri, 2024). Kemitraan ini
               memungkinkan  calon  guru  terlibat  dalam  service  learning
               berbasis   komunitas,   seperti   pengembangan    media
               pembelajaran berbasis cerita rakyat, integrasi teknologi digital
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177