Page 136 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 136
REZIM-REZIM BARU PENGETAHUAN — 115
Veth mengenai pendidikan Islam yang disampaikan di Franeker. Tak gentar,
Veth tetap bertahan. Dengan sejumlah artikel di De Gids, dia berhasil muncul
sebagai ensiklopedis utama mengenai Hindia. Selain itu, Veth adalah anggota
pendiri KITLV, meski dia pindah untuk mendirikan Masyarakat Hindia (IG)
yang lebih liberal pada 1854. Dia juga berada di belakang publikasi berbagai
laporan para pejabat Hindia, seperti laporan Ridder de Stuers mengenai Sumatra
serta terjemahan van Höevell atas teks Jalal al-Din. Dalam pengantarnya, Veth
bahkan tampaknya adalah orang pertama yang menjabarkan spekulasi Raf es
pada 1822 mengenai kesamaan Wahhabi-Padri. 61
Veth dikenal karena menerbitkan berbagai kontribusi dari beberapa
orang yang mendapatkan pendidikan dari tokoh-tokoh Delft seperti Roorda
dan sang pakar Melayu, Pijnappel. Keduanya bergabung dengan Veth di
Leiden. Keijzer yang ragu-ragu ditinggalkan dan menjadi direktur di Delft di
bawah perlindungan dewan kota, menggantikan Roorda yang digaji terlalu
besar. Meskipun pendekatannya diklaim humanis, hanya sedikit yang terbukti
bersemangat mengikuti kuliah-kuliah Veth mengenai Islam dan etnograf
Hindia, atau kelas-kelas bahasa Melayu oleh Pijnappel yang meremehkan.
Akan tetapi, terlepas dari persaingan antarkota tersebut, perbedaan
akademis antara staf masing-masing lembaga tidak terlalu mendalam. Bisa
dikatakan bahwa, dalam kaitannya dengan Islam, terdapat sejenis konsensus
metropolitan yang terentang dari akademi hingga sekolah-sekolah pelatihan.
Misalnya, pada 1863 Dozy menghasilkan monograf pertama dari sebuah
serial mengenai “agama-agama utama” yang dalam banyak hal sepakat dengan
Keijzer dan Niemann. Karya ini bahkan menggunakan plat-plat Keijzer,
sesekali dengan penyesuaian (seperti ketika gambar kepala seorang jemaah
haji “Jawa” yang sudah tidak menarik digantikan gambar kepala haji “Arab”
yang bahkan lebih tak menarik). Dengan kehalusan yang sedikit lebih baik
62
dia memanfaatkan apa yang telah dikatakan Veth mengenai Hindia pada
1840-an. Dengan demikian, para Suf pada masa mereka digambarkan sebagai
penipu bejat dan orang-orang Wahhabi sebagai para pembaharu berprinsip
yang barangkali bahkan telah memengaruhi kaum Padri. Meskipun Dozy
dengan senang hati menjiplak catatan Veth mengenai istilah “Padri”, seperti
Niemann dia lebih berhati-hati dalam menyamakan gerakan tersebut dengan
perjuangan Wahhabi. 63
SIMPULAN
Bab kita ini dibuka dengan kisah persaingan antara kekuatan lama dan
kekuatan yang baru muncul, yang bertarung di seluruh Asia Tenggara
setelah keruntuhan VOC. Namun, pergeseran hegemoni dan pengaruh
itu sama sekali tidak sederhana karena banyak sultan setempat mencoba