Page 145 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 145

124  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          jumlah murid masing-masing orang ini dicatat, tak ada yang disampaikan
          mengenai apa yang dipelajari selain “membaca berbagai kitab secara mekanis
          dan mempelajari sejumlah doa”. Bagi para pengamat Belanda, doa dianggap
          frasa yang menjadi sebuah mantra mekanis. 29
              Barangkali contoh terbaik keringkasan kontekstual adalah deret statistik
          seluruh Jawa yang ditawarkan oleh P. Bleeker selama rentang 1849–50, yang
          hanya  sesekali  menampilkan  jumlah  klerikus  per  kabupaten.  Tampaknya
          informasi  ini  kadang  dikumpulkan  dan  kadang  tidak.  Jikalau  ada,  isinya
          dipenuhi data hasil panen dan penduduk, tentu saja dengan rujukan-rujukan
          perjalanan van Hoëvell pada 1847.  Terdapat pula beberapa artikel khusus
                                        30
          yang  menonjolkan  kisah  betapa  tolerannya  orang-orang  Jawa.  Misalnya,
          pencantuman laporan sebuah perselisihan di Banten antara pejabat pribumi
          setempat dan sejumlah “pendeta” yang memulai Ramadan sehari lebih awal.
          Perselisihan ini diselesaikan oleh residen. Dia menunggu purnama berikutnya
          untuk menentukan siapa yang benar dan memberi hukuman ringan bagi yang
          salah, yaitu sehari merenung di masjid. 31
              Secara  keseluruhan  bisa  dikatakan  bahwa  para  pengamat  seperti  van
          Sevenhoven, van Hoëvell, dan Bleeker berharap mendapati sebuah lembaga
          tertentu di dalam Islam yang menyerupai gereja mereka. Jawa harus punya
          gereja  perwakilan  yang  penuh  klerikus  yang  bisa  diganti,  dihitung,  dan
          dikategorikan.  Oleh  karena  itu,  mereka  sangat  bersemangat  menggali
          laporan-laporan yang lama terabaikan tentang informasi semacam itu, seperti
          yang disampaikan oleh Cornets de Groot pada 1823.  Sementara itu, para
                                                        32
          guru  yang  masih  hidup  nyaris  tidak  pernah  ditanyai  tentang  kepercayaan
          mereka sebenarnya atau kebencian yang diasumsikan mereka miliki terhadap
          agama  Kristen.  Andai  saja  ada  keterlibatan  lebih  mendalam  dan  lebih
          hormat  ketimbang  sekadar  kunjungan  sehari  kepada  Kiai  Lengkong  atau
          Kiai Nawawi, para pembawa misi ini mungkin akan mendapat lebih banyak
          informasi.  Mereka  mungkin  memperoleh  pemahaman  lebih  bernuansa
          mengenai berbagai kategori “phakir” yang berbeda. Bahkan, kalau saja mereka
          menyatakannya, hampir pasti ada koreksi terhadap kesalahpahaman mereka
          bahwa haji adalah peziarahan ke makam Nabi. Mereka berusaha memahami
          Islam hanya berdasarkan sumber tekstual yang terbatas dari Belanda, bukannya
          melalui pengalaman mereka di lapangan.
              Pertimbangkan sebuah artikel singkat mengenai hukum waris menurut
          mazhab Syaf ‘i yang ditulis pada 1850 oleh ketua baru Raad van Indië, J.
          van  Nes.  Artikel  yang  bersumber  dari  edisi  teks  bukan  dari  seorang  guru
          yang hidupnya dimaksudkan untuk membantu para pejabat Belanda dalam
          kasus-kasus yang para bupati bawahan mereka tidak memiliki pengetahuan
          yang  memadai  mengenai  hukum  Islam.  Asumsi  operasionalnya  adalah:
          pengetahuan pribumi mengenai agama memang tidak sempurna. 33
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150